oleh

ANIES BASWEDAN: PUTERA SEMUA BANGSA

-OPINI-125 Dilihat

Sebelum menjadi tokoh di negeri sendiri, Anies sudah lebih dahulu dikenal dunia melalui karya tulis di jurnal internasional. Ini karena pemikirannya menembus sekat-sekat primordialisme global, yang masih bertahan di negara paling maju sekalipun.

Sebelum memasuki dunia politik, Anies adalah aktivis sosial untuk mengeluarkan bangsanya dari kebodohan dan kemiskinan. Ia mendirikan “Gerakan Indonesia Mengajar” untuk membuka akses pendidikan bagi anak-anak miskin dari Sabang sampai Merauke karena ia yakin pendidikan adalah kunci untuk memajukan bangsanya. Konsistensinya mentransfer ilmu kepada masyarakat membawanya menjadi rektor di Universitas Paramadina dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah itu, ia memperoleh kekuasaan politik lagi. Berdasarkan pertimbangan kapasitas intelektual dan integritasnya, parpol-parpol mengusungnya untuk diperhadapkan dengan gubernur petahana yang sangat populer. Anies menjadi simbol pikiran dan kearifan melawan Ahok yang jadi simbol otot dan arogansi. Hasilnya kita semua tahu.

Baca Juga  REVISI UU TNI BUKAN LEGITMASI DWI FUNGSI ABRI

Selama lima tahun memimpin Jakarta, Anies sebagai putera semua bangsa justru terlihat lebih menonjol. Ia menghadirkan keadilan bagi semua, termasuk seluruh agama minoritas yang dulu tidak memilihnya. Juga mengentaskan kemiskinan, mengharmoniskan hubungan antaragama, dan membuka ruang kebebasan berpendapat secara lebih luas. Demokrasi dipromosikan dan HAM ditegakan. Semua isu ini diperbincangkan komunitas internasional karena menjadi sumber pertikaian, penindasan, konflik, dan perang di berbagai negara.

Dalam konteks ini, Anies lebih maju dari pemimpin negara-negara besar yang mengklaim dirinya paling beradab. Seperti Presiden AS Donald Trump, Presiden Perancis Immanuel Macron, PM Hongaria Victor Orban, Presiden Cina Xi Jinping, dan PM India Narendra Modi, yang masih berpikir parochial dengan menolak dan menindas identitas budaya kaum Muslim.

Baca Juga  9 Strategi Politik Jokowi

Anies membangun Stadion Internasional Jakarta (JIS) dan sirkuit Formula-E untuk mengintegrasikan Indonesia ke dalam pergaulan internasional melalui sport, karena event-event olahraga internasional di Jakarta akan mempromosikan peradaban Indonesia ke selurun dunia. Ia memandang puncak-puncak kebudayaan daerah — yang merupakan kebudayaan Indonesia — layak disejajarkan dengan kebudayaan bangsa lain. Toh, kebudayaan Indonesia adalah persenyawaan tradisi-tradisi seluruh agama besar dunia dengan kebudayaan lokal Nusantara.

Walakin, ia menyadari bahwa upaya memajukan bangsanya akan lebih maksimal kalau ia memiliki kekuasaan politik yang lebih besar. Maka kini ia siap bertarung dalam politik elektoral 2024. Menjadi presiden Indonesia akan memungkinkannya merealisasikan gagasan-gagasan besarnya — yang hanya mungkin datang dari pribadi kosmopolitan yang cerdas — demi Ibu Pertiwi yang belum juga makmur dan belum mendapat respek yang wajar dari bangsa-bangsa lain.

Baca Juga  Pelemahan Jokowi Sedang Berjalan

Memang sumber daya alam dan sumber daya manusia kita yang melimpah tak sebanding dengan tingkat kemajuan yang kita capai. Penyebabnya adalah rezim ekstraktif, melayani oligarki, pemimpin yang tidak kompeten, tak punya visi, bertahannya spirit feodalisme, dan korupsi yang makin membudaya.

Anies diharapkan mengonsolidasi demokrasi yang merosot, merestorasi kerusakan ekonomi-politik, merukunkan kembali masyarakat yang terbelah, memulihkan fungsi-fungsi lembaga negara, merumuskan kembali politik luar negeri yang hanya melayani kepentingan nasional, bukan kepentingan negara asing, serta menegakkan wibawa bangsa di panggung internasional. Inilah isu-isu mendasar yang sampai sekarang masih diusahakan oleh semua pemimpin dunia.

Tangsel, 15 Februari 2023.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *