Smith Alhadar : Penasihat Institute for Democracy Education (IDe)
Kekhawatiran Para Jenderal
Baru-baru ini para pensiunan jenderal menyurati Presiden PS, meminta beliau mencopot Wapres Fufufafa. Sebagai tanggapan, Penasihat Khusus Presiden bidang Politik dan Keamanan Jenderal (Purn) Wurianto, membuat konferensi pers.
Wurianto: “Kendati menghargai, Presiden tidak dalam posisi untuk menjawab surat itu. Ini negara demokrasi. Mencopot Wapres bukan wewenang presiden. Lagi pula tak ada alasan untuk itu.”
Jurnalis: “Para jenderal khawatir kalau-kalau presiden uzur, lalu wapres yang linglung menavigasi bangsa yang kompleks ini.”
Wurianto: “Khawatir bukan norma konstitusiuntuk melengserkan pejabat yang dipilih rakyat.Terlebih, ini akan mengganggu kehormatan kita sebagai bangsa.”
Jurnalis: “Memajang anak ingusan di Istana melalui manipulasi konstitusi tak mengganggu kehormatan kita sebagai bangsa?”
Wurianto: “Maaf, saya harus pergi. Ada pekerjaan lain yang lebih penting.”
***
Ambyarnya Ketum Parpol
Pada suatu malam yang dingin, seorang perempuan tua pemimpin parpol besar duduk sendirian di halaman rumahnya dengan tatapan kosong. Beliau sedang meresapi perasaan sakit ayahnya yang dijatuhkan para jenderal. Tiba-tiba seseorang menghampirinya.
Si Anu: “Mengapa Ibu belum juga tidur. Malam makin larut.”
Ibu: “Si Bejat itu senantiasa menghantui malam-malam Ibu.”
“Mengapa Ibu masih saja galau dalam mengingat Mulyono? Bukankah dulu Ibu mengatakan, kasihan deh Mulyono. Tanpa dukungan Ibu, dia tak akan menjadi siapa-siapa. Sekarang Ibu tak lagi kasihan padanya?”
Ibu: “Apakah engkau tidak kasihan pada Ibu?”
***
Mark Twain
Mark Twain adalah seorang novelis, penulis, dan pengajar berkebangsaan Amerika Serikat. Karyanya banyak dikutip orang. Ketika menjumpai Mulyono di Istana, jurnalis banyak melontarkan pertanyaan kepadanya. Berikut salah satunya.
Jurnalis: “Apakah Bapak mengenal Mark Twain?”
Mulyono: “Kenal. Dia orang Papua kan!”
Para jurnalis tertawa ngakak. Lalu, salah satu di antara mereka – mengutip ucapan Mark Twain – mengatakan, “Politik adalah satu-satunya profesi yang memungkinkan Anda berbohong, mencuri, menipu, dan tetap terhormat. Apakah Bapak setuju dengan pandangan beliau.”
Mulyono: “Setuju!”
Jurnalis: “Bapak serius?”
Mulyono: “Seriuslah. Tanpa berbohong, mencuri, dan menipu, mana mungkin aku menjadi orang terhormat seperti sekarang.”
***
Gertak Sambal
Dalam perang melawan Mulyono, Sekjen parpol besar mengklaim memiliki 30-an bukti kejahatan Mulyono yang dititipkan pada seorang dosen yang tinggal di Moskow, Rusia. Sekjen itu mengancam akan membongkar kejahatan Mulyono bila ia dijadikan tersangka kasus suap. Mulyono bergeming.
Komentar