oleh

EDITORIAL PU : Membangun Masa Depan dari Ladang: Sekolah Lapang Petani Milenial dan Arah Baru Pertanian Halmahera Selatan

-Editorial-515 Dilihat

Namun ada catatan penting: keberhasilan bukan hanya soal pelatihan, tapi keberlanjutan. Redaksi meyakini, Sekolah Lapang ini hanya akan berdampak signifikan jika diikuti oleh tiga hal: (1) pendampingan pasca-pelatihan yang sistematis, (2) akses pembiayaan dan teknologi yang inklusif, dan (3) integrasi ke dalam rantai pasok industri pertanian dan pangan yang berkelanjutan.

Baca Juga  Editorial PU : Paradoks Maluku Utara “Ayam Mati di Lumbung Padi”

Hilirisasi Kelapa: Menjawab Sejarah, Menatap Industri

Di luar isu regenerasi petani, editorial ini melihat perhatian khusus Bupati Bassam pada komoditas kelapa sebagai strategic move. “Kita bisa jadi sarjana karena orang tua kita hidup dari kopra,” ucapnya. Ini bukan sekadar nostalgia. Dalam satu pernyataan, ia menghubungkan sejarah ekonomi keluarga dengan visi industri masa depan.

Baca Juga  Tajuk Redaksi PU : Sofifi Ditinggalkan, Tidore Dilupakan, Ketika Negara Hanya Mengingat Maluku Utara Saat Butuh Tambang

Langkah Pemkab untuk mendorong hilirisasi kelapa melalui industri pengolahan terpadu mencerminkan kemauan untuk keluar dari jebakan komoditas mentah. Dalam narasi besar agromaritim, ini adalah babak penting: menjadikan Halmahera Selatan bukan hanya penghasil, tetapi pengolah—dan pada gilirannya, penentu nilai tambah.

Redaksi menilai, jika hilirisasi ini berhasil, Halmahera Selatan akan memiliki proposisi ekonomi ganda: eksportir SDA berbasis tambang, dan produsen nilai tambah berbasis pertanian dan kelautan. Posisi ini langka, dan akan menempatkan Halsel sebagai pemain kunci pembangunan daerah pesisir Indonesia Timur.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *