oleh

AKU CAWE-CAWE, MAU APA?

-OPINI-213 Dilihat

Dus, kalau presiden terpilih mengkhianati janji mereka, apa yang bisa dilakukan Jokowi yang telah mnjadi orang kebanyakan? Memangnya dia bisa ke Istana lalu memarahi Ganjar atau Prabowo atau lainnya yang menolak melanjurkan legacy-nya? Mimpi kali.

Jokowi harus dibangunkan dari ilusi bahwa capres yang didukungnya akan memenuhi janji mereka. Memangnya Jokowi melanjutkan legacy SBY? Kalau dia saja tak mau mengekor pada pendahulunya, bagaimana mungkin dia berharap penggantinya akan melakukannya? Apalagi, sebagian besar legacy-nya bermasalah.

Kita perlu memperingatkan Jokowi untuk berhenti berkhayal bahwa apa yang dilakukan pemerintahannya merupakan kesuksesan besar dan karena itu akan membawa kejayaan bangsa bila diteruskan penggantinya. Hanya monarki komunis di Korea Utara yang berpikir seperti ini.

Baca Juga  Jokowi Bukan Alumni UGM.

Turunlah ke bumi dari kahyangan untuk menyadari bahwa realitas ekonomi, politik, dan sosial, yang diciptakannya merupakan pengrusakan bangsa dan negara yang hampir menyeluruh. Dalam konteks ini, Soeharto nampak innocent dibandingkan Jokowi.

Bakal capres yang didukung Jokowi — apakah mereka akan melanjutkan legacy-nya atau tidak — kecil kemungkinan mampu menambal kerusakan yang telah terjadi. Kalau saja mereka meneruskan, maka hanya malapetaka yang akan dihadapi bangsa ini.

Dus, cita-cita menghadirkan Indonesia yang jaya pada 2045, bertepatan dengan satu abad kemerdekaannya — hanya mimpi di siang bolong. Kalau bakal capres dukungan Jokowi mengambil jalan berbeda, hasilnya tak bakal jauh berbeda karena, selain tak punya gagasan sebagaimana Jokowi, mereka nirprestasi dan nirintegritas.

Baca Juga  Menyambut Musda DPD Partai Golkar Malut, Bahlil -Anjas = Memperkokoh Ekosistem Demokrasi di Maluku Utara

Kalau Jokowi “waras” dalam konteks “demi bangsa dan negara ke depan”, maka mestinya dia mendukung Anies, tokoh yang bersih dan visioner. Itu pun simpatisannya, bahkan Anies sendiri, menolak cawe-cawe presiden dalam pilpres.

Mereka hanya ingin presiden netral sehingga demokrasi kita mnjadi lebih matang dan pemilu mendapat legitimasi. Anies dan pendukungnya tak akan menyesal kalau kalah dalam kontestasi yang jujur dan adil. Dalam kompetisi apapun, kompetitor harus berani kalah agar karakter sportif bangsa bisa terbangun.

Jokowi tak perlu jumawa bahwa tak ada kekuatan manapun yang dapat menghadirkan ancaman terhadapnya, seburuk apapun yang dia lakukan. Toh, sekarang ia telah menguasai semua institusi negara, pemimpin parpol, relawan, rakyat kecil, dan buzzer — dan juga berhasil menciptakan ketakutan luas terhadao oposisi — yang siap membenarkan apapun yang dia lakukan.

Baca Juga  Bagian (1) “RARO GAM’ MENGUKIR JEJAK DAN MAKNA

Yang dia lupa, sejarah tak pernah mengagungkan tokoh culas dan jahil. Sekarang bisa saja kita tak berdaya menghentikan cawe-cawenya. Tapi masih ada hari esok dan perlawanan terhadapnya kian luas.

Bukan tidak mungkin cawe-cawe itu berujung pada nasib buruk yang akan dipikulnya kelak. Tak cukupkah pelajaran dari nasib Soeharto?

Tangsel, 1 Juni 2023 !

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *