Setelah Armada Laut Portugis mendarat dan menguasai Malaka pada tahun 1511, sasaran berikutnya bukanlah Kerajaan lain di Sumatra dan Jawa, tetapi yang dituju adalah Kerajaan Ternate dan Tidore [Moloku Kie Raha], sebagai pusat penghasil rempah-rempah di Nusantara. Dalam sejarah perlawanan terhadap bangsa penjajah : Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris, Kerajaan di Moloku Kieraha memegang peran yang sangat signifikan, bahkan sampai ke daerah-daerah lainya. Peran ini mengindikasikan Maluku Utara, memiliki sejarah kepemimpinan yang sangat kuat, dan didukung oleh suatu struktur masyarakat dan adat seatoran yang kuat pula.
Sayangnya pada masa sekaraang ini, masyarakat Maluku Utara merasa tersisihkan diberbagai bidang pembangunan bangsa. Bahkan pada saat sekarang, terkesan sedang terjadi social disharmony. Lebih dari itu Maluku Utara juga pernah mengalami social conflict yang memakan waktu yang cukup lama. Pada hal Maluku Utara memiliki kekayaan budaya dan kekayaan sumberdaya alam, serta posisi geo strategis yang sangat prospek. Terlebi lagi dikaitkan dengan peluang pemberlakuan otonomi daerah sekarang ini.
Sejarah perjalanan Maluku Utara begitu kuat, karena ketokohan para pemimpinnya, bersamaan dengan itu juga, karena suasana social disharmony dan social conflict Maluku Utara, mengalami kehilangan ketokohan para pemimpinnya, yang berdampak pada kehilangan masa depan daerah ini, kerena bagi saya sejak Maluku Utara pisah diri dari Maluku sampai sekarang, kita belum menemukan jatidiri yang pas sebagai warga Maluku Utara yang otonom, apakah ini pengaruh dari setiap pemilihan kepemimpinan daerah yang selalau melahirkan/menciptakan konflik social.
HAL PENTING DALAM KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dalam arti cara memimpin dihadapkan pada output-nya, sering diartikan, seni memobilisasi orang lain agar berjuang mengejar aspirasi bersama. Diartikan juga, membuat orang melihat melampaui diskripsi kerja mereka untuk menemukan cara meningkatkan dan menantang proses.
Kepemimpinan sebagai suatu proses aktivitas memiliki empat hal penting yaitu, pemimpin, yang dipimpin, situasi yang dihadapi dan cara berkomunikasi. Kepemimpinan sangat ditentukan oleh pemimpin yang mengelola tiga hal penting yaitu yang dipimpin, situasi yang dihadapi dan cara berkomunikasi.
Dalam mengelola yang dipimpin dan situasi yang dihadapi di Maluku Utara dapat dilihat melalui pemahaman dan penyikapan pemimpin terhadap situasi Maluku Utara saat ini, dan kecenderungan perkembangan masa depan. Sedangkan dalam mengelola cara berkomunikasi sangat ditentukan oleh totalitas kematangan pribadi pemimpin dalam mengartikulasikan visi, misi menjadi nyata. Sampai disini saya bisa mengatakan bahwa Sherly – Sarbin pada sisi membuat pernyataan dan realitasnya ada kontradiktif, yang memberi kesan pada sisi kematangan kepemimpinan, termasuk pengalaman kepemimpinan tidak dalam posisi yang baik untuk kita berhalap lebih kepada mereka berdua.Sementara pemahaman terhadap masalah-masalah masyarakat, kesadaran melihat daerah maju, ingin menciptakan pemerintahan yang bersih, bertanggujawab terhadap setiap rupiah APBD yang mengalir kemasyarakat, dan beberapa progam lain yang jadi jualan di medsos/tik-tok, itu bertujuan hanya semata-mata pencitraan. Saya mendapat kesan progam 100 hari yang paling berhasil dari Sherly – Sarbin adalah progam medsos/tik-tok. Kita berharap ke-depan janji-janji program pada masa kampanye seperti, trans kieraha, konktivitas antar daerah, pertumbuhan daerah-daerah ekonomi baru, ibu kota provinsi, swasembada pangan, Pendidikan dan kesehatan benar-benar diwujudkan. Jika tidak diwujudkan, maka masyasrakat akan dengan mudah mengatakan Seherly – Sabrin gagal, dan sinyaleman masyarakat bahwa Sherly tidak memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Maluku Utara, akan terbukti dengan sendirinya.
MALUKU UTARA HARI INI dan MASA DEPAN
Bila menggunakan prespektif inward looking, maka letakProvinsi Maluku Utara terhadap kepulauan Indonesia merupakan daerah perifer, tetapi kalu kita dekati dengan perspektif outward looking, maka letak Provinsi Maluku Utara merupakan pintu depan Indonesia ke Pasifik dan Asia Timur. Diperhadapkan dengan kepentingan pasar dunia maka letaknya yang perifer justru memberikan peluang akses pasar yang sangat baik. Walaupun Maluku Utara mendapat saingan dari posisi geografis dengan Sulawesi Utara dan Papua.
Potensi alam, baik diwilayah daratan maupun lautan memiliki prospek bila kita Kelola dan manfatkan dengan baik. Maluku Utara dengan 77 % lautaannya juga memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, karena posisi periferynya dan adanya garis alur laut kepulauan Indonesia [ALKI] yang membujurdari utara – selatan.
Secara demografi masyaraakat maluku Utara merupakan masyarakat bahari yang pluraalistik dengan sikap primordial etnik yang sedikit menonjol. Selama ini peran adat relativ menonjol melalui peran Kesultanan [Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo] sebagai perekat social, akan tetapi dewasa ini peran adat terasa mulai menurun. Adat, Lembaga Adat, termasuk Lembaga Kesultanan harus kembali kepada tupoksinya untuk membantu membela dan memperjuangkankepentingan masyarakat. Sherly – Sarbin harus melihat ini sebagai mitra, sekaligus sebagai suatu potensi/kekuatan yang harus diberi perhatian, jika perlu harus dilibatkan tidak saja pada pelaksanaan program, tetapi pada perumusan-perumusan kebijakan. Lembaga Kesultanan, Lembaga Adat dan Adat seatoran harus ditempatkan dihalaman depan pembangunan Maluku Utara, jangan sekali-kali ditempatkan pada halaman belakang pembangunan Maluku Utara. Harus disadari eksistensi Maluku Utara dan masa depan Maluku Utara, ada pada kekuatan budayanya. Itu artinya, jika budaya orang Maluku utara dihancurkan, sama halnya menghancurkan oranh Maluku Utara dan daerahnya. Dalam konteks ini, saya juga mau bilang Sultan dan Kesultanan harus menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan politik praktis, walaupun ada hak yang dijaminan undang-udang.
Otonomi daerah sebagai wujud desentralisasi kekuasaan, disamping memberikan kesempatan bagi pemberdayaan masyarakat local, juga dapat menimbulkan ancaman terhadap eksistensi daerah, bila daerah dan pemimpinnya tidak siaap. Sherly –Sarbin harus memiliki visi yang kuat dan jelas dalam memimpin daerah yang dihadapkan pada kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada. Ke-duanya harus tampil sebagai komunikator yang mampu mengartikulasi setiap visi misinya menjadi nyata dan menjadi penengaah yang adil dan bebas konflik kepentingaan.
Kami berharap kedepan, potensi yang dimiliki Sherly – Sarbin bisa diotimlakan untuk mengubah semua peluang, kelemahan, kekuatan dan tantangan yang ada untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Maluku Utara. Jangan berlebihan dalam mentik-tokkan dan medsoskan hal-hal dan kegiatan-kegiataan yang tidak relevan dengan tugas-tugas kedinasan. Fokus pada Maluku Utara Bangkit.
Komentar