oleh

Cium Tangan—Karakter Adab “Adat Se Atoran” Seoarang Rizal Marsaoly

-OPINI-71 Dilihat

Foto Rizal Marsaoly, Sekertaris Daerah Kota Ternate mencium tangan H.Thaib Armayin saat pertemuan mereka baru-baru ini menarik perhatian luas.Atensi publik, sikap orang nomor 3 di pemkot Ternate ini telah langka bagi umumnya para pejabat padahal ternate, negeri kesultananan yang masih kental dengan  nilai -nilai adat seatoran, adab pejabat sangat diperlukan.

Tindakan sebagian pejabat yang masih menjunjung tradisi cium tangan dinilai sebagai simbol penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Bagi masyarakat, sikap ini mencerminkan sosok pemimpin yang beradab, rendah hati, dan tetap menjaga kedekatan dengan rakyat meski berada di posisi kekuasaan.

Dalam pusaran modernitas dan gaya hidup serba praktis, tradisi cium tangan sering dianggap kuno atau bahkan tidak relevan. Namun, bagi sebagian kalangan, pejabat yang tetap menundukkan diri dalam cium tangan justru memperlihatkan jati diri kepemimpinan yang berakar pada adab.

Cium tangan bukan sekadar gestur sopan santun, melainkan simbol penghormatan, ketawadhuan, dan kesediaan seorang pemimpin untuk menyatu dengan rakyatnya. Saat seorang pejabat tak segan menerima atau melakukan cium tangan, di situlah terlihat bahwa kekuasaan tidak menjauhkan dirinya dari budaya luhur.

Baca Juga  80 Tahun Merdeka “Indeks Kemerdekaan Pulau”

Dalam konteks kepemimpinan modern, tradisi ini bisa dimaknai sebagai jembatan antara otoritas dan humanitas. Pemimpin yang beradab bukanlah mereka yang meninggikan diri, tetapi yang mampu merendahkan hati di hadapan orang lain. Dengan begitu, cium tangan tidak hanya menjadi ritual kultural, melainkan refleksi moral seorang pejabat dalam menjaga nilai kesantunan bangsa.

Mencium tangan saat bersalaman bukanlah hal baru dalam tradisi masyarakat Indonesia yang ketimuran sarat dengan nilai-nilai religuis dan berbudaya. Cium tangan dari anak kepada orang tua, murid kepada guru, hingga seorang bawahan kepada pemimpin, gestur sederhana ini dimaknai sebagai penghormatan. Umumnya Indonesia, prilaku ini diajarkan sejak dini baik di keluarga dan di sekolah untuk membangun karakter kesantunan pada diri anak.

Baca Juga  Tunjangan Perumahan DPRD DKI 70,4 juta, Aman !

Cium Tangan Sudah Karakter RM.

Prilaku cium tangan saat bersalaman dengan orang yang lebih tua, tokoh agama dan pemimpin telah menjadi karakter dasar seorang Rizal Marsaoly.

Gestur santun itu sudah melekat dalam karakternya. Ia melakukannya tanpa membeda-bedakan, baik kepada mantan gubernur atau mantan pejabat sepuh seperti Haji Thaib Armayin, maupun tokoh-tokoh lain yang ia temui. Bahkan, sebagaimana diakui banyak orang dekatnya, Rizal kadang mencium tangan orang biasa yang lebih tua. Ia memaknainya sebagai bentuk penghormatan, bukan yang lain.Adab itu terbangun genuine dalam dirinya, hasil didikan orang tua.

”Dia terdidij seperti itu, cium tangan menandai penghormatan terhadap orang yang lebih tua, guru dan pemimpin”ujar salah satu orang dekat.

Lingkungan terdekatnya memberikan testimoni bahwa cium tangan itu sudah karakternya orang nomor 3 pemkot itu.Adabnya memang demikian tanpa tendeng aling-aling.

Baca Juga  2 Mata Satu Wajah Malut (BI vs Kemenkeu)

“Orangnya memang begitu, kalau yang dia salam itu lebih tua, pasti dicium tangannya,” tutur sumber keluarga terdekat, menegaskan bahwa hal itu bagian dari adab bukan rekayasa.

Cium Tangan dalam Adab Masyarakat Adat Indonesia

Cium tangan adalah salah satu bentuk penghormatan yang sudah lama hidup dalam tradisi masyarakat Indonesia termasuk Masyarakat adat Ternate, masyarakat adat Tidore, Bacan dan Jailolo serta umumnya masyarakat Maluku utara. Praktik ini memiliki makna lebih dalam dari sekadar gestur fisik tetapi ia merupakan simbol adab, tata krama, dan pengakuan atas hierarki sosial maupun usia.

1. Makna Filosofis

Dalam banyak komunitas adat, mencium tangan orang tua atau pemimpin adalah wujud andap asor (kerendahan hati).

Gerakan ini menunjukkan sikap rela menundukkan diri, bukan karena rendah, melainkan karena menghargai kebijaksanaan dan pengalaman orang yang lebih tua.

2. Ragam Praktik di Nusantara

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *