oleh

Cium Tangan—Karakter Adab “Adat Se Atoran” Seoarang Rizal Marsaoly

-OPINI-93 Dilihat

4. Mengurangi Ego Kekuasaan
Tindakan sederhana itu memberi pesan bahwa seorang pejabat bukan hanya pemimpin formal, tetapi juga bagian dari masyarakat yang tetap menjunjung nilai kesopanan.

Namun, ada juga tantangan yang perlu diwaspadai. Jika praktik ini hanya dilakukan sebatas pencitraan tanpa ketulusan, maka bisa ditafsirkan berbeda oleh masyarakat. Anak-anak bisa menangkap sinyal bahwa penghormatan adalah hal yang bersifat seremonial, bukan nilai yang sungguh dihayati.

Tafsir Ulama: Sunnah, Mubah, atau Makruh?

Sejumlah ulama memiliki pandangan berbeda tentang hukum mencium tangan. Namun begitu, tak ada yang mengharamkan bahkan dipandang Sunnah jika diletakan dalam aras penghormatan kepada yang lebih tua, guru dan pemimpin.

Baca Juga  MEMBACA (BAHASA) DI BULAN BAHASA

Ulama mazhab Hanafi dan Hanbali menilainya mubah (boleh), terutama jika dilakukan kepada orang alim atau pemimpin yang adil. Ulama mazhab Syafi’i bahkan menganggapnya sunnah bila tujuannya karena keilmuan, kesalehan, atau kemuliaan pemilik tangan. Sementara mazhab Maliki cenderung melihatnya makruh, kecuali bila diniatkan sebagai bagian dari pendekatan diri kepada Allah.

Keragaman pandangan ini membuat praktik mencium tangan tidak bisa dipukul rata. Ia bisa bermakna penghormatan, bisa pula dipandang sebagai bentuk kepatuhan berlebihan, tergantung niat dan konteksnya.

Antara Adab dan Kritik Sosial

Baca Juga  Teori Eggi Sudjana: OST JUBEDIL. Objektif, Sistematis, Toleran, Jujur, Benar, Adil.

Dalam konteks Rizal Marsaoly, gestur itu bisa dibaca sebagai representasi karakter pribadinya yang menekankan adab, bukan sekadar etiket birokrasi. Namun di tengah masyarakat yang kritis, Apaagi ditengah percaturan politik pilwako ternate, gestur serupa mudah dimaknai lain: simbol subordinasi, atau bahkan praktik feodalisme yang masih bercokol dalam kultur politik lokal.

Di titik inilah pro-kontra mencuat. Di satu sisi, Rizal dipuji sebagai pejabat muda yang masih memegang tradisi adab ketimuran. Di sisi lain, ia dikritik karena dinilai memberi legitimasi pada pola relasi kuasa yang hierarkis.

Kesimpulan

Jadi, cium tangan sebagaimana dipraktekan Rizal Marsaoly merupakan nilai yang telah ada dalam adat Indonesia adalah bagian dari kearifan lokal yang memperkokoh nilai kesopanan, penghormatan, dan pendidikan karakter lintas generasi.

Baca Juga  2 Mata Satu Wajah Malut (BI vs Kemenkeu)

Menjadi pemimpin di Kota Ternate, kota yang masih hidup kental dengan nilai-nilai adat se atoran sangat penting dipraktekan para pejabat.

Demikian cium tangan oleh pejabat tidak sekadar etika personal, tetapi juga pendidikan sosial. Ia menjadi “bahasa tubuh politik” yang bisa menjadi panutan dalam memperkuat kultur penghormatan dan moralitas di tengah masyarakat.

 

Ternate, 3 Oktober 2025

 

Dari Dapur Redaksi PIKIRAN UMMAT

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *