oleh

Tahu Kadar Diri : Belajar dari almarhum Om Faruk [Part.14].

Adalah om Faruk,saya lupa nama lengkapnya.Beliau seorang pensiunan ASN dan sudah almarhum.semoga Allah mengampuni segala salah dan khilafnya.Berdomisili dekat cafe Djoung,sebuah “kedai kopi” di Tidore,tempat mangkalnya banyak kalangan mulai dari aktivis,mahasiswa,wartawan hingga ASN dan pejabat daerah ini.bisa di bilang ini miniatur JAROD Manado.letaknya di jalur strategis dan banyak menu yang di sukai,membuat kedai ini ramai di kunjungi setiap waktu,termasuk almarhum om Faruk tadi.

Baca Juga  Video Hasto, Apakah Pepesan Kosong?

Saat masih sering mangkal di tempat ini,saya sering mengamati prilaku om Faruk ini ketika mengamati “silang pendapat” atas sebuah tema yang sedang di bicarakan teman-teman.maklum,lumrah jika tempat begini jadi “panggung” banyak orang untuk menunjukan kapasitas dirinya seolah yang paling hebat dan paling mengetahui banyak hal dan merasa paling “intelek” atau bahkan “puber intelektual” di usia senja.

Baca Juga  Ditinggal Jokowi, PIK 2 Dihajar Massa

Terhitung beberapa kali saya mengamati rautnya di tengah suasana “baku malawan mati”,sebuatan lain perdebatan alot ini,om Faruk terlihat adem saja.tak ada satu katapun yang meluncur dari mulutnya.memang almarhum tipikal “kalem” dan tak banyak bicara,meski sebagai pensiunan ASN,beliau pasti punya pengetahuan dasar yang cukup tentang banyak hal.beliau diam sembari mengamati anak-anak muda ini “raga gia”,sebutan untuk yang sering mendominasi “perdebatan”.selesai sedikit menyimak,beliau pamit kembali ke rumah dengan mobil kesayangannya,sebuah Rush G berwarna gelap.jika berkesempatan,beliau datang lagi dan nyaris seperti itu prilakunya yang terlihat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *