oleh

Tahu Kadar Diri : Belajar dari almarhum Om Faruk [Part.14].

-OPINI-193 Dilihat

Cerita “kongko-kongko” atau cerita lepas memang tak membutuhkan “syarat” apa-apa.cukup suara anda tidak parau.tetapi ketika hendak melompat ke wilayah “analisis” situasi,misalnya,suara yang tidak parau saja,jauh dari cukup,kita butuh cukup informasi,sedikit pengalaman yang relevan dan feeling serta kemampuan analis yang kuat.dan itu belum cukup untuk sekelas pemula yang “kaget” dan belum cukup jam terbangnya.demokrasi memang memberi kebebasan pada setiap orang untuk menyampaikan pandangan.tetapi mendominasi seolah yang paling tahu,apalagi dengan “syarat” tadi yang minimal,sama saja pembodohan : membodohi orang yang levelnya di atas kita untuk bertarung dengan kantuk yang luar biasa di dini hari hanya untuk mendengar “karangan bebas” kita.apalagi cendrung di bubuhi sedikit “pelanggaran” etika.

Baca Juga  ANEKDOT NEGERI KONOHA (2)

Tahu diri bisa saja berawal dari tahu kadar diri dan tahu kadar diri membuat orang untuk tak mau bahkan diam untuk tidak berkomentar pada hal-hal yang tak di ketahui tak penting atau bahkan di ragukan kebenarannya.

Ini pelajaran kehidupan yang relatif tak di dapat di bangku sekolah ataupun ketika di kuliah,tetapi sering dari kebiasaan hidup dan karakter yang terpelihara.banyak orang bisa pandai,tapi tak banyak yang bisa memahami apa yang mungkin di pahami om Faruk.wallahua’lam.!

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *