“Program Desa Nelayan tidak memiliki relasi secara langsung dengan Agromaritim. Mungkin ada faktor-faktor lain yang belum terdeteksi secara merata sehingga belum bisa diakomodir oleh pemerintah pusat,” kata Helmi.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kebijakan pusat dan inisiatif daerah tak selalu berjalan beriringan. Dan ketika satu pintu tertutup, Halsel tampaknya memilih membuka pintu lain yang lebih sesuai dengan konteks lokal yakni Agromaritim.
Taruhan Strategis di Agromaritim
Kegagalan di Kampung Nelayan tidak membuat Pemerintah Halsel berhenti. Justru dari situ, perhatian diarahkan penuh pada sektor Agromaritim sebuah konsep pembangunan yang menggabungkan kekuatan laut, pertanian, dan perkebunan sebagai basis ekonomi daerah.
Bupati Bassam Kasuba menunjukkan keseriusannya. Ia tak hanya menyusun strategi di atas kertas, tapi juga menjalin kemitraan dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk memetakan potensi kelautan dan agrikultur Halsel secara ilmiah.
Langkah lanjutannya bahkan lebih progresif yakni peluncuran program Petani Milenial. Seratus sarjana muda direkrut dan dilatih menjadi petani modern. Mereka tak hanya ditugaskan mengolah lahan, tapi juga menjadi agen perubahan dalam menggeser paradigma lama soal profesi petani.
Komentar