oleh

Anak Piara: Jejak Pendidikan dan Solidaritas Sosial di Maluku Utara

-OPINI-1131 Dilihat

Yasri Mahmud, Sip, SE, Direktur Pendidikan Karakter DODOTO GAM

Dimasa lalu, ketika akses pendidikan menengah di Maluku Utara masih sangat terbatas, banyak anak dari desa-desa kecil dan pulau-pulau terpencil harus meninggalkan kampung halaman demi bisa melanjutkan sekolah. Kota Ternate menjadi pusat pendidikan formal satu-satunya yang menyediakan jenjang SMP dan SMA bagi kawasan Moloku Kie Raha.

Namun keterbatasan geografis dan ekonomi tidak mematahkan semangat. Orang tua dari kampung-kampung kecil tetap percaya bahwa pendidikan adalah jalan perubahan. Maka, dengan pengorbanan dan harapan besar, mereka mengirim anak-anak mereka ke Ternate dalam sistem sosial yang tumbuh secara organik: anak piara.

Baca Juga  KAHMI DAN Konsolidasi Daerah (Catatan Jelang Pertemuan Regional MN -KAHMI Malut, Maluku dan Papua)

Pendidikan Berbasis Solidaritas
Istilah anak piara atau AP merujuk pada anak-anak dari kampung yang dititipkan pada keluarga asuh di Ternate untuk bersekolah. Keluarga asuh, umumnya memiliki relasi darah, kekerabatan adat, atau ikatan sosial dengan keluarga anak, dan menanggung kebutuhan dasar si anak—makan, tempat tinggal, bahkan biaya pendidikan. Semua dilakukan atas dasar amanah dan nilai tanggung jawab sosial.

Baca Juga  Prabowo dari Cak Imin, Gugat Negara Kepulauan

Namun menjadi anak piara bukanlah hal ringan. Mereka hidup dalam sistem semi-tradisional yang menuntut disiplin dan kontribusi. Bangun sebelum subuh, menyapu halaman dan jalan lingkungan, menimba air, memasak, mencuci, hingga membantu menjaga anak atau berdagang selepas sekolah. Pendidikan bukan hanya dari ruang kelas, tetapi dari kerja dan kedisiplinan harian.
Sosiolog pendidikan Ivan Illich dalam karyanya Deschooling Society (1971) pernah menyebut bahwa pendidikan otentik tumbuh dari jaringan sosial, bukan hanya dari institusi formal. Sistem anak piara membuktikan hal itu: tanpa gedung, tanpa kurikulum resmi, mereka menghasilkan pribadi-pribadi tangguh.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *