oleh

Anak Piara: Jejak Pendidikan dan Solidaritas Sosial di Maluku Utara

-OPINI-1104 Dilihat

Watak, Etika, dan Nilai Sosial
Sistem anak piara adalah sekolah karakter. Ia membentuk manusia pekerja keras, tahu diri, mandiri, dan menjunjung tinggi etika sosial. Mereka belajar menempatkan diri, memahami hirarki, dan menghormati pengorbanan orang tua dan keluarga asuh.

Dalam perspektif Paulo Freire, pendidikan membebaskan bukan sekadar menanamkan pengetahuan, melainkan membangun kesadaran dan tanggung jawab (Freire, 1993). Inilah yang terjadi pada anak piara: mereka belajar menghargai proses, bukan hanya hasil. Mereka belajar bahwa hidup bukan sekadar untuk diri sendiri, tetapi bagian dari tanggung jawab kolektif.
Ancaman Nilai di Era Digital

Baca Juga  Seribu Rupiah, Seribu Pulau, dan Seribu Tanda Tanya

Hari ini, hampir setiap kecamatan di Maluku Utara sudah memiliki sekolah menengah. Negara hadir, walau belum sepenuhnya adil. Anak-anak tidak perlu lagi meninggalkan kampung hanya untuk bersekolah. Tapi muncul tantangan baru: lunturnya nilai-nilai yang dulu tertanam kuat dalam kehidupan anak piara.

Kenyamanan teknologi dan sistem pendidikan formal yang serba prosedural tidak selalu melahirkan generasi pekerja keras. Sering kali, watak dan karakter justru lepas dari pembelajaran. Budaya instan menggeser nilai tanggung jawab dan gotong royong yang menjadi inti dari sistem anak piara.

Baca Juga  Reuni Ala Jokowi. Rakyat semakin Tidak Percaya Ada Ijazah Asli Joko Widodo!

Psikolog pendidikan Lickona (1991) menegaskan bahwa tanpa pendidikan karakter, pendidikan akademik tak akan membentuk manusia seutuhnya. Maka nilai-nilai warisan sosial masa lalu perlu diintegrasikan kembali dalam sistem pendidikan hari ini.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *