Ingat cerita kutukan kekayaan SDA Tambang ? Itu cerita yang mengiringi nasib desa-desa di kawasan lingkar tambang yang mendunia.Betapa desa-desa dan masyarakatnya hidup bak ayam mati di lumbung padi, kekayaan tambang yang dikandung tanahnya justru menjadi malapetaka bagi kehidupan mereka.Perusahan-perusahan raksasa tambang itu hadir bak drakula penghisap darah masyarakat lingkar tambang.
Kenapa ! Selain umumnya tambang yang berlokasi di kawasan hutan terintegrasi dengan wilayah desa -desa yang terkebelakang SDM masyarakatnya, pemerintah desa yang minim kapasitas juga berkontribusi pada lemahnya posisi tawar mereka dihadapan bos-bos tambang.Kondisi itu semakin diperparah oleh political Will pemerintah yang lebih pro investor dari pada masyarakat lingkar tambang.
Cerita pilu masyarakat lingkar tambang itu nampak diinterupsi oleh Arifin Saroa, kepala Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku utara.
Pria 56 tahun bertubuh gempal putra asli Togale ini merupakan sosok yang ramah investasi namun keras dalam prinsip pengelolaan tambang di wilayah desanya.Pengelolaan tambang juga harus beroreantasi pada kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang, begitu gambaran prinsip yang terbaca pada sosok akrab ini.
Sikapnya sebagai warga dan pimpinan Desa Kawasi itu membuat perusahan tambang yang berioerasi di wilayah desa Kawasi harus kompromi dengan aspirasi Masyarakat.
Apa yang menjadi hak konstitusional warga nya tidak bisa ditawar lagi.Demikian komitmen moral perusahan juga harus menyelingi derap operasional perusahan tambang bahwa keberadaan perusahan harus memanusiakan masyarakatnya.
”tak ada tawar -menawar soal itu”tegas dia.
Sejalan dengan komitmen perusahan seperti HARITA nickel, pioner perusahan tambang di Kawasi, sumbangsih bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarajat desa awasi dan sekitarnya terus terjaga perkembangannya.
Komentar