oleh

WAJAH PETANI SURAM, DITENGAH PESTA TAMBANG TIONGKOK

-OPINI-263 Dilihat

• Hortikultura, barang ini yang membuat petani Jailolo, Tobelo, Galela, Malifut sampai Waroro, harus sedikit sabar karena turunnya agak menusuk lauk didapur, yang mencapai -10,11%, khusus komoditi tomat dan cabai rawit, yang turun-turun gunung potong hingga mencapai -16,35%, keadaan ini membuat rica semakin kurang padis

• Perkebunan rakyat, dari AFO yang tak bersahabt ikut-ikut juga turun -0,73%, keadaan ini bersifat musiman dari musim cengkeh panen, harga turun, berulang-ulang dan petani semakin memahami arti aruma cengkeh yang tak seharum masa lalu

Baca Juga  Tunjangan Perumahan DPRD DKI 70,4 juta, Aman !

• Peternakan ikut-ikut juga turun -0,33%, apa lagi sapi potong yang turun-turun tanah tinggi -1,05%.
Keadaan ini seolah memberi potret pada Jazirah al mulk, kalau horti, sangat tergantung kapal manado datang di dermaga, akan mengoyang lepa-lepa dari Halmahera untuk rebut harga di pasar gamalama, kalau cengkeh pala, barang ekspor, dinamikanya sangat tergantung pasar global

Baca Juga  Kapal Istana Negara: Ibu Kota Bergerak Negara Kepulauan

Sudah sering diingatkan problem mendasar Maluku Utara, pada :

1. Ketergantungan logistik pangan antar pulau, kalau saja menutup pintu Surabaya, Makassar, dan Manado, kita bakal kekurangan bahan makanan, atau sebaliknya, sialnya yang kedua problem biaya logistik tinggi, harga input mahal, harga output mudah jatuh.

2. Minimnya hilirisasi komoditas: Rempah (cengkeh, pala, kelapa) dan hortikultura sebagian besar dijual mentah, nilai tambah tidak dinikmati petani, kapan bisa punya Kawasan Industri Rempah ?
3. Keterbatasan infrastruktur distribusi: Tanpa cold storage, harga ikan dan horti cepat jatuh di musim panen, walau potensi ekspor besar, fenomena ini tak pernah beres dalam 20 menyuarakan, hanya selesai di ruang rapat tampa eksekusi

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *