oleh

PPP, Partai Islam Yang Ditelantarkan

-OPINI-128 Dilihat

PolMark bekerja keras untuk menaikkan elektoral PPP, diantaranya dengan menyasar kelompok milenial yang menjadi pemilih pemula. Gerilya ke kelompok milenial telah dilakukan dengan cukup masif.

Di pertengahan jalan, Suharso Manoarfa dikudeta, sekaligus lembaga survei yang mengawalnya yaitu PolMark juga didepak. Kontrak PPP-PolMark berhenti.

PPP selanjutnya dinahkodai oleh plt Mardiono. Apa hasilnya? Pemilu 2024, giliran PPP yang dikudeta oleh konstituennya. PPP didepak dari Senayan. Terlempar dari gedung DPR RI karena suara PPP tidak mencapai 4 persen. Di bawah Parliamentary Threshold. Sat ini, PPP tidak punya satupun kursi di DPR RI. Goodby PPP.

Baca Juga  80 Tahun Merdeka “Indeks Kemerdekaan Pulau”

Suharso Manoarfa mungkin hanya bisa tersenyum melihat nasib PPP saat ini. “Loe sih….” kira-kira begitu gumam di hatinya. Tidak diketahui, apakah kopi yang sedang diserutup Suharso saat ini terasa pahit atau manis.

Saat ini, publik sama sekali tidak berminat bicara PPP. Ketika saya tulis tentang PPP, mayoritas netizen berkomentar sangat negatif. Di medsos, PPP dibully habis-habisan. Bukan karena PPP gagal masuk Senayan. PPP dibully lebih karena partai Islam ini dianggap sudah kehilangan spirit Ka’bahnya. Elit PPP dianggap telah meninggalkan konstituennya. Sibuk dengan konflik, pertikaian dan perebutan kekuasaan. Gara-gara menyerahkan PPP untuk sepenuhnya diintervensi oleh kekuasaan Jokowi selama 10 tahun. Saat pemilu, giliran konstituen tinggalkan PPP.

Baca Juga  Pembangunan Berbasis Inovasi dan Ekonomi Pancasila

Di era kepemimpinan Plt Mardiono, PPP collaps. Ini pertama kali PPP gagal masuk senayan. PPP seperti “ditelantarkan”.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *