Cucunda tercina,
Semoga kau sekeluarga sehat, sejahtera, dan bahagia. Sekarang sudah pukul 2.00, apakah kau sudah shalat tahajut? Nenek tahu sejak kecil kau tak pernah melupakan Tuhan, tapi kali ini kau harus perbanyak shalat dan zikir karena tantangan hidup yang kau hadapi hari ini, lebih dari kapan pun, sungguh sangat berat, walaupun kau tak pernah katakan pada nenek.
Sebenarnya nenek ingin kau tinggalkan dunia politik — yang penuh intrik, kemunafikan, dan ancaman — agar kau tak difitnah dan memikul beban politik nasional di atas pundakmu yang ringkih. Toh, kau bisa mengabdikan tenagamu untuk bangsa muda ini di bidang lain. Pekerjaan “Gerakan Indonesia Mengajar” yang telah kau mulai bisa kau teruskan.
Bukankah ini perintah agama untuk memberdayakan umat yang masih terbelakang? Apalagi kau pernah bilang, hanya melalui pendidikanlah banga ini bisa bangkit mengejar ketertinggalannya. Walakin, nenek juga sadar, berpolitik adalah sunnah Nabi, untuk menghadirkan “baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur”.
Dus, nenek ikhlaskan jalan politik yang kau pilih karena hanya melalui politik pemimpin yang amanah mampu memajukan banyak hal dari bangsanya. Nenek juga tak henti berdoa semoga kau sukses dan selamat. Orang bilang nenek makin kurus belakangan ini. Mungkin karena nenek menghabiskan malam-malam nenek memikirkanmu. Di televisi nenek melihat kau kelelahan. Siapa yang tega, coba. Padahal dulu nenek tak mau kau melakukan hal berat.
Kau lucu dan kadang aneh, kecil tapi berani melawan kekuatan besar, seperti Daud menantang Jalut atau Musa melawan Fir’aun. Kok kau begitu berani! Watakmu ini membuat nenek bangga, sekaligus khawatir. Bukankah kesatria yang cerdas dan tulus tidak selalu menjamin kemenangan? Malah bisa mendatangkan marabahaya.
Tapi tak usah kau taruh di hati atas kecemasan nenek, karena hal ini tidak ada artinya dibandingkan tekanan yang kau hadapi. Malah, kalau boleh, nenek yang menanggung jeroan duniawi yang kau pikul. Kau cucu yang paling nenek kasihi. Sejak kecil kau tak pernah mengeluh dan selalu membangkitkan optimisme yang datang dari senyummu. Ya Allah, lindungilah cucuku.
Cucunda tercina,
Melalui pelbagai platform media sosial, nenek menyaksikan kerumunan massa menyambut kedatanganmu di mana-mana, seolah mereka sedang merayakan kemerdekaan. Mengharukan! Mereka sangat berharap kau jadi pemimpin negara ketika pemimpin saat ini tak dapat diharapkan lagi mengubah nasib mereka, yang selalu diperas melalui berbagai pajak atas nama keselamatan negara sambil memanjakan oligarki.
Rakyat ingin perubahan! Tapi apakah harapan mereka bisa terwujud? Orang bilang di antara aspiran capres yang ada, hanya kau yang bisa menghadirkan keadilan bagi semua. Hanya kau yang bisa menyatukan kembali masyarakat yang terbelah. Hanya kau yang bisa mengangkat martabat rakyat yang selalu terhina. Hanya kau yang bisa meneguhkan kembali marwah bangsa besar ini. Aduh, nenek jadi khawatir. Harapan mereka sangat tinggi.
Apakah kau mampu mengubah mimpi mereka jadi kenyataan? Tidak mudah bukan? Nenek khawatir kau tak sanggup merealisasikan harapan muluk-muluk ini. Walakin, nenek tahu sejak kecil kau selalu tidak meyakinkan ketika memulai suatu pekerjaan sampai kau membuktikan sebaliknya.
Komentar