Kau mungkin heran, tumben nenek bicara politik. Kau tahu, sejak kau berkiprah di politik, nenek rutin mengunjungi Prof Fatimah az-Zahrah. Masih ingat bukan, Prof Fatimah yang selalu rapi, yang rajin mengurus anggrek di halaman rumahnya, dan selalu membuka pintu rumahnya untuk siapa pun yang butuh pertolongannya. Wejangan-wejangannya tentang politik nasional dan internasional sungguh mengagumkan. Tahu nenek tak banyak tahu politik, dia menjelaskan dengan pelan dan sabar sehingga nenek tercerahkan. Jangan ketawa, nenek bicara serius.
Beliau bilang, kau disorot dunia internasional karena posisi geografis Indonesia sangat strategis — diapit dua samudera — dalam konteks persaingan Cina dan AS di Indo-Pasifik, khususnya di ASEAN terkait klaim Cina atas 90 persen . Laut Cina Selatan (LCS). Politik sangat menarik meskipun sering juga membuat dada berdebar.
Katanya, Cina tak menghendaki kau menjadi presiden Indonesia mendatang. Terutama karena kau tak akan permisif terhadap semua kiprah Cina di negeri kita dan di LCS. Kau memang tak akan mencari gara-gara dengan negeri Tirai Bambu itu, tapi segala hal terkait Cina yang dipandang merugikan bangsa akan kau koreksi. Katanya lagi, mungkin saja kau akan tilik ulang proyek-proyek tambang dan infrastruktur milik Cina yang merugikan ekonomi Indonesia, sebagaimana PM Malaysia Mahathir Mohammad melakukannya.
Apakah benar demikian? Nenek kok jadi percaya pada argumen Prof Fatimah. Masuk akal. Dia bilang, Beijing berusaha memanjakan Indonesia dengan investasi agar secara bertahap Indonesia masuk ke dalam lingkungan hegemoninya. Apalagi kalau utang kita tak terbayar. Nenek jadi teringat perkataan kakekmu bahwa kekuatan imperialisme selalu mencari jalan untuk menelikung negara lemah yang akan dijadikan pasar.
Kalau Indonesia bisa dijadikan mitra yunior Cina, maka sebagian Indo-Pasifik, terutama ASEAN, akan dapat dikendalikan. Kecondongan Jakarta pada Beijing dapat dilihat dari Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang dirilis Kemenlu baru-baru ini, di mana strategi ASEAN di bawah keketuaan Indonesia pada tahun ini sama sekali tidak menyinggung LCS, apalagi ancaman Cina terhadap Taiwan dan kasus nuklir Korea Utara. Prof Fatimah sampai goyang-goyang kepala.
Padahal, Beijing mengklaim Laut Natuna Utara, zona eksklusif Indonesia, sebagai miliknya. Negara macam apa ini, kata beliau. Bila terjadi konflik terbuka antara Cina dan Taiwan yang dibantu AS, dampak kepada Indonesia sungguh besar. Demikian pula bila meletus perang Korea Utara yang disokong Cina dan Korea Selatan yang dibantu AS.
Yang lebih mengejutkan, Indonesia tak menyinggung isu LCS. Padahal, empat negara ASEAN plus Taiwan terlibat klaim tumpang tindih dengan Cina atas pulau-pulau Spratly dan Paracel di LCS. Kebijakan politik regional Jakarta yang tak menyinggung isu-isu ini jelas menunjukkan pemerintah kita tak ingin dilihat kritis terhadap isu-isu yang melibatkan Cina. Nenek sangat berterima kasih kepada Prof Fatimah atas pencerahan yang beliau sampaikan.
Atas kecondongan Jakarta yang pro-Cina ini, katanya mengkawatirkan AS. Indonesia adalah akses Cina ke Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Cina beruntung pemerintah kita mewarisi politik condong ke Cina yang diwariskan Bung Karno, meskipun publik Indonesia khawatir fenomena Cina di negeri ini mengancam kedaulatan negara. Maka tidak ada jalan lain bagi AS dan sekutunya kecuali menyaksiksn perubahan pemerintahan di Indonesia. Pemimpin baru diharapkan mengambil kebijakan lebih berimbang di antara dua raksasa yang bertarung.
Pemimpin baru itu adalah kau, kata Prof Fatimah. Kau, mau tak mau, akan menjawab keresahan publik dengan bersikap lebih proporsional terhadap Beijing. Terutama lantaran pendukungmu adalah orang yang paling risau atas perangai Cina. Untuk itu, katanya, kau akan memperkuat kerja sama strategis komprehensif dengan negara-negara di kawasan, termasuk AS. Dengan begitu, Indonesia menjadi lebih kuat, lebih independen, dan lebih leluasa menjalankan politik regionalnya. Nenek bersyukur diberikan ilmu oleh Prof Fatimah.
Mungkin kau sudah ngantuk mendengar ocehan nenek. Istirahatlah. Salam buat istri dan anak-anakmu. Kalau ada kesempatan, pulanglah dulu ke Yogya. Nenek kangen pada kalian semua. Barusan nenek dapat kiriman bumbu makanan yang kau suka. Kalau mau datang, kabarkan. Biar nenek siapkan makanan kesukaanmu, sayur lodeh. Jangan mengira nenek tak punya tenaga lagi. Nenek masih kuat dan ingin melihat kau jadi presiden untuk bangsa yang dulu diperjuangkan kakekmu untuk kemerdekaannya. Peluk cium untuk kau sekeluarga. Salam.
Tangsel, 11 Februari 2023.
Komentar