Mukhtar A. Adam, Ketua ISNU Maluku Utara
Aroma Cengkeh yang memaksa Eropa mendarat dinegeri seribu Pulau, telah tergeser oleh kehebatan Tiongkok menguasai Pacifik, menjelajah mencari Nikel, meramaikan Pacifik dari lalu Lalang kapal ekspor, entah legal atau illegal, kapal ekspor itu terus melaju memompa perekonomi Maluku Utara sekaligus Indonesia, yang basis ekonominya telah ke Industri walau rakyatnya hidup disektor pertanian, masih mengandalkan cengkeh dan pala, analisis singkat ini ingin memotret sudahkah tepat jalan hilirisasi yang kita agungkan dari tumbuhnya ekonomi ? atau kita lagi mengalami jebakan ekonomi Tiongkok ?
Agar lebih ikhtiar, memotret Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara dan perannya membentuk kinerja perekonomian nasional. Dinamika ekonomi Malut provinsi dapat memberikan kontribusi yang signifikan, baik secara langsung melalui besaran PDRB yang dihasilkan, maupun secara tidak langsung melalui perdagangan antar-daerah dan kontribusi ekspor.
Moloku Kie Raha merupakan contoh terkini yang menarik, karena meskipun ukuran ekonominya relatif kecil, laju pertumbuhan ekonominya sangat tinggi. Data BPS, menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia Triwulan II-2025 tumbuh sebesar 5,12% (year-on-year), sedangkan Maluku Utara pada periode yang sama justru melonjak 32,09% (y-on-y). Angka pertumbuhan yang luar biasa tinggi tersebut menjadikan Jazirah Al Mulk salah satu daerah dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia saat ini. Bahkan pada Triwulan I-2025 sebelumnya, negeri seribu pulau telah mencatat pertumbuhan 34,58% (y-on-y), menegaskan tren ekspansi ekonomi yang sangat pesat.
Fenomena pesatnya pertumbuhan Maluku Utara tidak terlepas dari perubahan struktur ekonomi, yang ditopang kebijakan hilirisasi mineral dan investasi pada industri pengolahan berperan besar dalam lonjakan PDRB Maluku Utara.
Komentar