Bank Indonesia lewat TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) berupaya menjinakkan harga lewat pendekatan teknokratik. Namun akar masalahnya jauh lebih struktural: ekonomi yang tidak inklusif, kebijakan fiskal yang tidak progresif, dan pembangunan manusia yang tidak menjadi poros kebijakan.
Kini pertanyaannya: apakah Cak Imin mampu menjadi juru tafsir baru dari gugatan terhadap Trickle Down Effect?
Harapan itu ada, terutama jika ia tidak berhenti pada jargon atau romantisme gerakan akar rumput, tetapi benar-benar mendorong kebijakan konkret: redistribusi aset, pendidikan yang transformatif, jaminan sosial berbasis komunitas, dan desain fiskal yang memihak mereka yang selama ini tertinggal. Karena sejatinya, kebijakan tidak boleh menunggu ekonomi menetes ke bawah. Ia harus mengalir dari bawah—didorong oleh kesadaran dan keberpihakan.
Sebagaimana semangat PMII: perubahan dimulai dari bawah. Tapi jalan menuju ke atas tetap panjang, terjal, dan penuh jebakan godaan elite.(***)
Komentar