oleh

MENANTI KELAHIRAN BAYI HISTORIS.

-OPINI-32 Dilihat

Ibu Pertiwi sedang hamil tua. Mestinya bayinya akan lahir tepat waktu, 14 Februari 2024. Rakyat saling bertanya dengan cemas: bayi yang dinanti lelaki atau perempuan? Menyerupai kakaknya atau berbeda? Meskipun mayoritas menginginkan lelaki, mereka berbeda dalam hal karakter dan kapasitas bayi.Sebagian ingin karakter bayi serupa dengan kakaknya — yaitu sang Fir’aun — sementara yang lain menghendaki berbeda sepenuhnya. “Buat apa pilpres yang sangat mahal kalau hanya menghasilkan pemimpin yang serupa, yang hanya menghentikan, bahkan menarik mundur jalannya sejarah?”

Yang ingin serupa mendasarkan informasi pada pernyataan para ahli nujum, mafia, dan kriminal, bahwa Ibu Pertiwi hanya akan selamat bila bayi yang akan nongol nanti punya ciri-ciri yang sama persis dengan Fir’aun, kecuali rambutnya putih.

Baca Juga  SHERLY TJOANDA ANTARA GOOD GOVERNANCE dan BISNIS INTERES

Sementara yang ingin bayinya berbeda — demi kelanjutan hidup Ibu Pertiwi — mendasarkan pada hasil analisis para cendekiawan dari dalam maupun luar negeri. Berbarengan dengan tarik-menarik keinginan dua kubu ini, seringkali mereka harus jeda untuk saling bertanya: benarkah bayi akan lahir pada 14 Febtuari 2024?

Pasalnya ada dokter dan bidan bilang kelahiran bayi bisa ditunda atau diaborsi demi kesehatan Ibu Pertiwi. Ahli nujum, mafia, dan kriminal — yang didukung Fir’aun and the gangs — mengamini pendapat itu sambil tertawa-tawa.

Tapi kebanyakan rakyat malah berpikir sebaliknya: “Menunda atau membatalkan persalinan justru akan membunuh Ibu Pertiwi.” Lebih jauh, mereka yang mendasarkan pada analisis para cendikiawan yakin bahwa bukan hanya bayi unik yang akan mampu menjaga kesehatan Ibu Pertiwi, tapi juga berpotensi membuatnya bahagia. “Tidak mungkin Ibu akan terlihat elok dan sehat, kuat dan bangga pada dirinya,” kata mereka, “bila ia melahirkan bayi ahistoris.”

Baca Juga  Mengapa KPK belum periksa mantan anggota DPR: Ace, Herman, Ihsan dalam kasus Bansos?

Bayi ahistoris? Iya, bila bobotnya tidak sesuai dengan berat badan ideal sehingga busana yang tersedia terlalu longgar untuk dirinya. Dan Sang Ibu akan repot menggendongnya karena si bayi berulah yang aneh-aneh sehingga mengganggu rakyat seisi negeri. “Sudah cukup pengalamanku dengan Fir’aun,” kata Ibu Pertiwi di suatu malam sambil berlinang air mata. Ia mengenang kelahiran Fir’aun dulu, yang bobotnya jauh di bawah standar.

Tetapi Fir’aun yang tidak suka bercermin diri dan selalu ngantuk kalau membaca — juga dokter, bidan, ahli nujum, mafia, dan kriminal, yang tak henti memuji Fir’aun sambil tertawa dalam hati — tidak mau tau. Dinasti politik, sistem yang korup, dan kepentingan ekonomi mereka, tidak mungkin dapat berlanjut bila bayi yang akan lahir terlalu pintar, terlalu jujur, dan terlalu adil, yang akan melawan ideologi korup, aniaya, dan esensi risalah Ilahi, sebagaimana Nabi Musa dan pengikutnya melawan Fir’aun and the gangs. “Ini tidak boleh terjadi. Celana dalam kita akan terungkap ke luar.”

Baca Juga  IMS, Momentum Demokrasi dan Reinventing Goverman di Bumi Fagogoru

Maka mereka juga mengorkestrasi — dengan narasi manipulatif — tentang bahaya Nabi Musa. Tetapi semua upaya makar mereka makin terbaca. Mereka tak menyangka rakyat sekarang sudah pintar, sehingga mereka kian ketakutan seiring dengan prediksi para dukun modern bahwa “kemungkinan yang akan lahir adalah bayi unik.”

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *