OPINI

MENANTI KELAHIRAN BAYI HISTORIS.

By.Smith Alhadar/Direktur Eksekutiv Instute For Democracy Education (IDe)

Ibu Pertiwi sedang hamil tua. Mestinya bayinya akan lahir tepat waktu, 14 Februari 2024. Rakyat saling bertanya dengan cemas: bayi yang dinanti lelaki atau perempuan? Menyerupai kakaknya atau berbeda? Meskipun mayoritas menginginkan lelaki, mereka berbeda dalam hal karakter dan kapasitas bayi.Sebagian ingin karakter bayi serupa dengan kakaknya — yaitu sang Fir’aun — sementara yang lain menghendaki berbeda sepenuhnya. “Buat apa pilpres yang sangat mahal kalau hanya menghasilkan pemimpin yang serupa, yang hanya menghentikan, bahkan menarik mundur jalannya sejarah?”

Yang ingin serupa mendasarkan informasi pada pernyataan para ahli nujum, mafia, dan kriminal, bahwa Ibu Pertiwi hanya akan selamat bila bayi yang akan nongol nanti punya ciri-ciri yang sama persis dengan Fir’aun, kecuali rambutnya putih.

Sementara yang ingin bayinya berbeda — demi kelanjutan hidup Ibu Pertiwi — mendasarkan pada hasil analisis para cendekiawan dari dalam maupun luar negeri. Berbarengan dengan tarik-menarik keinginan dua kubu ini, seringkali mereka harus jeda untuk saling bertanya: benarkah bayi akan lahir pada 14 Febtuari 2024?

Pasalnya ada dokter dan bidan bilang kelahiran bayi bisa ditunda atau diaborsi demi kesehatan Ibu Pertiwi. Ahli nujum, mafia, dan kriminal — yang didukung Fir’aun and the gangs — mengamini pendapat itu sambil tertawa-tawa.

Tapi kebanyakan rakyat malah berpikir sebaliknya: “Menunda atau membatalkan persalinan justru akan membunuh Ibu Pertiwi.” Lebih jauh, mereka yang mendasarkan pada analisis para cendikiawan yakin bahwa bukan hanya bayi unik yang akan mampu menjaga kesehatan Ibu Pertiwi, tapi juga berpotensi membuatnya bahagia. “Tidak mungkin Ibu akan terlihat elok dan sehat, kuat dan bangga pada dirinya,” kata mereka, “bila ia melahirkan bayi ahistoris.”

Bayi ahistoris? Iya, bila bobotnya tidak sesuai dengan berat badan ideal sehingga busana yang tersedia terlalu longgar untuk dirinya. Dan Sang Ibu akan repot menggendongnya karena si bayi berulah yang aneh-aneh sehingga mengganggu rakyat seisi negeri. “Sudah cukup pengalamanku dengan Fir’aun,” kata Ibu Pertiwi di suatu malam sambil berlinang air mata. Ia mengenang kelahiran Fir’aun dulu, yang bobotnya jauh di bawah standar.

Tetapi Fir’aun yang tidak suka bercermin diri dan selalu ngantuk kalau membaca — juga dokter, bidan, ahli nujum, mafia, dan kriminal, yang tak henti memuji Fir’aun sambil tertawa dalam hati — tidak mau tau. Dinasti politik, sistem yang korup, dan kepentingan ekonomi mereka, tidak mungkin dapat berlanjut bila bayi yang akan lahir terlalu pintar, terlalu jujur, dan terlalu adil, yang akan melawan ideologi korup, aniaya, dan esensi risalah Ilahi, sebagaimana Nabi Musa dan pengikutnya melawan Fir’aun and the gangs. “Ini tidak boleh terjadi. Celana dalam kita akan terungkap ke luar.”

Maka mereka juga mengorkestrasi — dengan narasi manipulatif — tentang bahaya Nabi Musa. Tetapi semua upaya makar mereka makin terbaca. Mereka tak menyangka rakyat sekarang sudah pintar, sehingga mereka kian ketakutan seiring dengan prediksi para dukun modern bahwa “kemungkinan yang akan lahir adalah bayi unik.”

Ini alarm bahaya yang berbunyi di siang bolong lantaran ia akan meruntuhkan rezim Fir’aun, yang masih ingin membangun lebih banyak piramid demi mengabadikan kebesaran semunya meskipun harus berutang dan memeras rakyat yang sudah lama miskin.

Dus, masuk akal kalau mereka sulit tidur belakangan ini di saat energi mereka makin terkuras. Ini nampak dari perangai Fir’aun and the gangs yabg kian uring-uringan. Menurut para cendekiawan, bayi unik yang dinanti itu akan merestorasi kekacauan yang diwariskan Fir’aun and the gangs dan, malah, mereorientasi destinasi bangsa.

Segala yang busuk, yang berorientasi pada kepentingan Fir’aun and the gangs, yang menyengsarakan rakyat dan membuat Ibu Pertiwi meradang, akan dibabat habis.

Ibu Pertiwi di bawah kepemimpinan bayi unik harus tampil sehat agar mampu membenahi masalah domestik dan tarikan geopolitik regional serta global. Untuk itu, rakyat yang terbelah oleh perbedaan pilihan politik — selain korupsi, penindasan, dan kebijakan rezim Fir’aun yang melayani kepentingan dirinya, asing, dan mafia — harus dipersatukan kembali oleh tujuan bersama: menghadirkan keadilan sosial bagi semua.

Mereka harus disadarkan bahwa “isu politik identitas dan radikalisme yang digembar-gemborkan Fir’aun and the gangs hanya meniru isu bahaya laten PKI dan ekstrim kanan yang digencarkan secara berkelanjutan oleh rezim Orde Baru demi melanggengkan kekuasannya.”

Alhasil, terjadi hiruk-pikuk di mana-mana. Ada yang gembira berdasarkan keyakinan bahwa bayi akan lahir tepat waktu, montok, tampan, pintar, tawadhu, dan akan menggembirakan Ibu Pertiwi. Karena itu, mereka tumpah ke jalan-jalan sambil bernyanyi-nyanyi seolah bayi unik telah lahir.

“Kita akan jadi bangsa besar, kita akan berdaulat dan mengambil kembali kekayaan kita dari tangan mafia yang dilindungi Fir’aun and the gangs, kemiskinan akan menurun, aturan main yang fair akan ditegakkan berdasarkan diktum demokrasi, dan hak asasi manusia akan dihormati. Sistem Fir’aunik akan dikuburkan. Kita tak sedang berkhayal. Semuanya bisa diwujudkan sesuai analisis para cendekiawan.”

Yang lain, yang ingin bayi menyerupai kakaknya, tak kalah gaduhnya. Kendati dengan suara yang kurang meyakinkan, mereka berteriak: “Kami tak minta apa-apa, kecuali kelanjutan rezim Fir’aun. Ingat, Fir’aun sudah mengatakan bahwa bayi berambut putih pertanda ia memikirkan nasib kita yang kurang beruntung ini.”

Sembari mengatakan itu, mereka mengagetkan nurani mereka sendiri: benarkah yang kita katakan ini? Apakah bukan lantaran kita telah terhipnotis oleh jampi-jampi serigala berbulu domba? Tidak, kita orang-orang yang waras. Toh, menurut Fir’aun and the gangs, kesulitan yang kita hadapi sekarang disebabkan pandemi dan sebagai dampak perang bangsa-bangsa di luar sana, bukan karena korupsi dan salah urus pemerintahan.

Keadaan akan pulih bila rezim Fir’aun and the gangs berlanjut atau bayi berambut putih atau yang sejenis dengan Fir’aun menggantikan Sang Fir’aun. “Memang kita punya utang sebesar gunung, tapi sudah menjadi takdir sebagai rakyat untuk melunasinya biar pun berat sungguh beban itu. Bukankah sejak dulu kala rakyat di negeri ini selalu hidup sengsara?”

Mendengar suara putus asa itu, para filosof menangis tersedu-sedu mengingat suara dari langit: Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu mengubah nasibnya sendiri. Mengutip Albert Einstein, para filosof itu mengatakan: “Hanya orang tidak waras yang berharap hasil berbeda ketika mengerjakan hal sama yang telah terbukti gagal.”

Artinya, tidak mungkin bayi yang menyerupai kakaknya hampir di semua hal bisa melahirkan keajaiban bila ia hanya meniru jejak kakaknya yang dungu. “Ya Tuhan, semoga mereka lekas terbangun dari tidur panjang untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Memang belum tentu bayi unik yang diharapkan adalah Juru Selamat, Ratu Adil, atau Imam Mahdi, yang akan mengubah neraka menjadi surga.

Kehidupan adalah hal yang kompleks, yang selamanya sulit untuk diurai. Ekspektasi kita tak boleh terlalu muluk-muluk. Tapi setidaknya, bayi unik itu sesuai dengan tuntutan sejarah. Karena memiliki DNA nasionalis-religius, yang merupakan identitas sejati bangsa, tak berlebihan kiranya kalau kita berharap ia mampu membahagiakan Ibu Pertiwi, yang sebagian besar dari usianya selalu dirundung duka.

Karakter dan kapasitas intelektual serta moral yang dia miliki, sesuai analisis para cendekiawan, paling logis untuk kita sandarkan harapan, ketimbang berharap pada pemimpin yang gagal tapi, karena bebalnya, tidak tahu kalau dia gagal. Sang bayi unik adalah orang yang paling mungkin secara rasional melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik karena menempatkan humanisme dan keadilan sosial — serta menjadikan ilmu pengetahuan dan fakta objektif — sebagai titik tolak pembangunannya.

Tapi sebelum kemungkinan itu terjadi, terlebih dahulu kita harus memastikan dua hal. Pertama, bayi lahir tepat waktu, 14 Februari 2024. Kita harus menolak penundaan atau pembatalan persalinan Ibu Pertiwi yang nampaknya masih diusahakan para dokter dan bidan dengan dukungan Fir’aun and the gangs atas pesan para mafia.

Kedua, kalau kelahiran bayi tepat waktu, kita harus awasi agar bayi tidak tertukar. Jangan sampai bayi unik ditukar dengan bayi lain yang menyerupai sang kakak. Ikhtiar ini penting, sebab ada indikasi dokter dan bidan yang akan akan berperan menentukan dalam persalinan akan berbuat curang dengan mengganti rupa sang bayi bila yang lahir nanti adalah bayi unik. Amit-amit jabang bayi!

Tangsel, 5 Februari 2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *