Sembari mengatakan itu, mereka mengagetkan nurani mereka sendiri: benarkah yang kita katakan ini? Apakah bukan lantaran kita telah terhipnotis oleh jampi-jampi serigala berbulu domba? Tidak, kita orang-orang yang waras. Toh, menurut Fir’aun and the gangs, kesulitan yang kita hadapi sekarang disebabkan pandemi dan sebagai dampak perang bangsa-bangsa di luar sana, bukan karena korupsi dan salah urus pemerintahan.
Keadaan akan pulih bila rezim Fir’aun and the gangs berlanjut atau bayi berambut putih atau yang sejenis dengan Fir’aun menggantikan Sang Fir’aun. “Memang kita punya utang sebesar gunung, tapi sudah menjadi takdir sebagai rakyat untuk melunasinya biar pun berat sungguh beban itu. Bukankah sejak dulu kala rakyat di negeri ini selalu hidup sengsara?”
Mendengar suara putus asa itu, para filosof menangis tersedu-sedu mengingat suara dari langit: Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu mengubah nasibnya sendiri. Mengutip Albert Einstein, para filosof itu mengatakan: “Hanya orang tidak waras yang berharap hasil berbeda ketika mengerjakan hal sama yang telah terbukti gagal.”
Artinya, tidak mungkin bayi yang menyerupai kakaknya hampir di semua hal bisa melahirkan keajaiban bila ia hanya meniru jejak kakaknya yang dungu. “Ya Tuhan, semoga mereka lekas terbangun dari tidur panjang untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Memang belum tentu bayi unik yang diharapkan adalah Juru Selamat, Ratu Adil, atau Imam Mahdi, yang akan mengubah neraka menjadi surga.
Kehidupan adalah hal yang kompleks, yang selamanya sulit untuk diurai. Ekspektasi kita tak boleh terlalu muluk-muluk. Tapi setidaknya, bayi unik itu sesuai dengan tuntutan sejarah. Karena memiliki DNA nasionalis-religius, yang merupakan identitas sejati bangsa, tak berlebihan kiranya kalau kita berharap ia mampu membahagiakan Ibu Pertiwi, yang sebagian besar dari usianya selalu dirundung duka.
Karakter dan kapasitas intelektual serta moral yang dia miliki, sesuai analisis para cendekiawan, paling logis untuk kita sandarkan harapan, ketimbang berharap pada pemimpin yang gagal tapi, karena bebalnya, tidak tahu kalau dia gagal. Sang bayi unik adalah orang yang paling mungkin secara rasional melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik karena menempatkan humanisme dan keadilan sosial — serta menjadikan ilmu pengetahuan dan fakta objektif — sebagai titik tolak pembangunannya.
Tapi sebelum kemungkinan itu terjadi, terlebih dahulu kita harus memastikan dua hal. Pertama, bayi lahir tepat waktu, 14 Februari 2024. Kita harus menolak penundaan atau pembatalan persalinan Ibu Pertiwi yang nampaknya masih diusahakan para dokter dan bidan dengan dukungan Fir’aun and the gangs atas pesan para mafia.
Kedua, kalau kelahiran bayi tepat waktu, kita harus awasi agar bayi tidak tertukar. Jangan sampai bayi unik ditukar dengan bayi lain yang menyerupai sang kakak. Ikhtiar ini penting, sebab ada indikasi dokter dan bidan yang akan akan berperan menentukan dalam persalinan akan berbuat curang dengan mengganti rupa sang bayi bila yang lahir nanti adalah bayi unik. Amit-amit jabang bayi!
Komentar