Sherly diketahui lahir dan bertumbuh hingga dewasa bukan di Maluku utara, ia baru ke Maluku utara karena pernikahan dengan suaminya Benny Laos, warga Maluku utara.Sherly juga secara individu hidup sedari kecil sampai gadis sebagai anak orang kaya yang tak akrab dengan serba keterbatasan fasilitas seperti Ibukota Sofifi.Mungkin Faktor itu membuat Sherly kurang memiliki sense of belongin dengan Ibukota Sofifi.
Ikatan sejarah dan cultur itu memang faktor determinan bagaimana seorang pemimpin memiliki empati lebih dalam membangun daerahnya.Itulah maka isyu putra daerah kerap bergema kencang sebagai isyu central disetiap hajatan politik lokal.Rakyat mencari pemimpin yang punya rasa memiliki daerahnya.
Ke dua, Gubernur Sherly mungkin tak memahami suasana kebatinan perjuangan pemekaran Provinsi Maluku utara yang didalamnya termasuk pemekaran DOB Sofifi.
Hingga program 100 hari kerja Sherly -Sarbin terlewati, tak terbaca rencana program apa untuk Ibukota Sofifi.Padahal mengurus pembentukan DOB ibukota Sofifi adalah salah satu tugas pokok Gubernur.
Pemprov Malut melalui juru bicara Rahwan K.Suamba, Kepala Biro Adpim yang dikomfirmasikan isyu ini tak menggubrisnya.
Pesan whatsaap “Ass pak jubir Pemprov, Komfirmasi : 100 hari kerja Sherly-Sarbin tdk ada Road map DOB dan membangun ibukota Sofifi, bahkan sebaiknya terdegradasi dimana kegiatan rapat dan iven2 dipusatkan di hotel mewah milik Gubernur” telah terbaca namun tak menanggapinya.
Kita doakan saja semoga Gubernur Sherly punya sanse of bilonging terhadap DOB Sofifi !
Komentar