Pilpres kali ini, itu eranya anak-anak muda seusia Anies dan Ganjar. Usia 50 tahunan. Usia yang mulai matang dengan energi dan semangat yang besar.
Era Prabowo sudah lewat. Usia Prabowo 73 tahun. 20 tahun lebih tua dari Anies dan Ganjar. Jarak usianya terbentang cukup jauh. Memang terkesan agak ganjil. Apalagi, tiga kali berturut-turut Prabowo pernah ikut kontestasi di pilpres. Kalah terus. Sekarang ikut lagi keempat kalinya dan yang dilawan adalah dua anak muda yang 20 tahun usianya jauh lebih muda dari Prabowo. Sampai ada guyonan di medsos: “Tahun 2029 kalau ada pilpres, jangan kasih tahu Prabowo”. Ini bentuk sindiran yang cukup keras.
Tidak mudah bagi Prabowo untuk melawan Anies dan Ganjar. Pertama, Prabowo tidak muda lagi. Kedua, sudah pernah kalah tiga kali berturut-turut. Ketiga, cacat masa lalu yang terus diungkap ke publik. Kasus pemecatannya dari dinas militer karena penculikan. Keempat, tidak ada hal baru yang bisa dijual dari Prabowo. Kelima, stabilitas emosi Prabowo yang dianggap sebagai masalah serius.
Publik bertanya soal debat tanggal 7 Januari yang lalu. Sesuai nomor urut, Anies-Prabowo-Ganjar. Mengapa diubah posisinya menjadi Anies-Ganjar-Prabowo. Posisi Anies dan Prabowo dipisah oleh Ganjar? Apakah karena ada kekhawatiran kalau Prabowo dalam posisinya sebagai kontestan nomor 2 berada di samping Anies dengan nomor urut 1? Sebaiknya KPU memberi penjelasan soal ini. Agar tidak terus menjadi pertanyaan publik.
Sadar akan kondisinya yang tidak.mudah untuk dipasarkan, Prabowo gandeng Jokowi. Dua langkah strategis yang dilakukan Prabowo adalah merapat ke Jokowi dengan mengambil posisi Menhan dan menggandeng Gibran sebagai cawapresnya. Dengan keterlibatan Jokowi, maka tiga keuntungan yang akan didapat oleh Prabowo. Pertama, Prabowo bisa ambil pendukung Jokowi. Kedua, Prabowo berpeluang mendapat dukungan alat kekuasaan. Alat kekuasaan itu bisa berupa oknum aparatur negara, termasuk juga menggunakan dana APBN untuk kampanye seperti BLT dan sejenisnya. Ketiga, Prabowo akan lebih mudah untik mendapat bantuan logistik secara berlimpah.
Faktor Jokowi inilah yang mendongkrak elektabilitas Prabowo. Setelah masuknya Gibran sebagai cawapres Prabowo dan andilnya Jokowi secara serius, elektabilitas Prabowo naik signifikan. Sebelumnya Prabowo selalu dalam posisi ketiga di bawah Anies dan Ganjar. Dengan sentuhan Jokowi, elektabilitas Prabowo melesat di atas kedua paslon lainnya. Semula elektabilitas Prabowo kisaran 20-an persen, sekarang tembus 30-an persen. Terutama sejak tim Prabowo menyiapkan dana operasi untuk para tokoh agama dan mengguyur rakyat menggunakan sembako. Ini menjadi variable signifikan dalam menaikkan elektabilitasnya.
Saat ini, yang diandalkan Prabowo sebagai media kampanye bukan dirinya, tapi peran Jokowi dan kekuatan logistik. Tanpa dua faktor ini, sulit bagi Prabowo melawan dua anak muda lulusan UGM yang masih fresh dan energik itu.
Strategi Prabowo mengambil ceruk Ganjar melalui Jokowi terbukti sukses. Ganjar saat ini dalam posisi elektabilitas di bawah 20 persen. Tepatnya 18-19 persen. Terhadap konstituen Anies, Prabowo membidik para tokoh agama dengan dana operasional yang sangat besar. Sebagian tokoh agama merasa saat ini adalah masa panen, karena kucuran dana operasional dari tim Prabowo yang mengalir ke para tokoh agama sangat berlimpah. Pilpres kali ini bukan saja pesta demokrasi, tapi lebih pada pesta dana operasi.
Melalui dukungan Jokowi dan logistik berlimpah, Prabowo ditarget menang satu putaran. Apakah target ini akan sukses? Sulit. Kecuali ada langkah extra ordinary seperti memasifkan kecurangan. Inipun tidak semudah pilpres 2019. Pilpres kali ini ada tiga kontestan, bukan dua kontestan. Sehingga pengawasannya berlapis.
Jika pilpres nanti dua putaran, peluang Prabowo akan makin kecil untuk menang. Kenapa? Peran Jokowi akan melemah. Masa kekuasaan Jokowi segera berakhir karena tersisa hanya tiga bulan. Pengaruh Jokowi sebagai penguasa diprediksi akan jauh menurun. Sekoci-sekoci politik akan fokus untuk menyelamatkan masa depannya.
Gagal Prabowo mencapai target satu putaran, kecil peluang Prabowo untuk bisa menang. Apalagi kalau lawan Anies Baswedan.
Tegal, 10 Januari 2024