Pemilihan Walikota Ternate dan pemilihan kepala daerah pada umumnya sejatinya merupakan ikhtiar rakyat membangun kepemimpinan demokratis yang mengabdi pada kehidupan rakyat yang sejahtera.
Pada aras demokrasi, pilwako atau pemilu sesungguhnya medium kontestasi gagasan dari calon-calon pemimpin Kota Ternate untuk menyampaikan gagasan besar dan atau proposal politik kepada warga Kota Ternate, apa, bagaimana dan kemana Kota Ternate dan warganya dibawa.
Dalam spektrum itu , ruang rasionalitas harus dibuka luas dipanggung pilwako.Wacana, issu dan konspirasi interes politic harus disemai secara konstruktif.Pada saat yang sama, soal sentimentil SARA dalam bingkisan politik identitas harus ditutup.
Namun antara harapan dan kenyataan masih harus dipupuk agar tumbuh selaras.Ikhtiar ini harus menjadi atensi semua komponen strategis.
Seiring, Warga Kota Ternate tak bisa dipungkiri sedang terpapar interes politik di politik Pilwako dan politik nasional pemilu dan Pilpres . Nyaris tak ada ruang kosong di tengah dinamika sosial politik saat ini. Publik seolah-olah terjebak dalam kondisi sentimentil keterbelahan sosial politik dalam dua kubu, antara kelompok koalisi atau oposisi.
Memang Lumrah sih dalam alam demokrasi, pro kontra itu sunnatulah. Demokrasi langsung seperti yang dipraktekan saat ini, memang meniscayakan pro kontra agar pemimpin mawas diri terhadap rakyat.Namun catatan kritisnya, pro kontra politik itu harus diletakan pada aras kepentingan publik bukan interes politik atau kepentingan politik kelompok semata yang menyesatkan.
Komentar