oleh

SIL UI Mengangkat Isu Togutil Di Simposium International Kyoto.

-HEADLINE-877 Dilihat

Selain lokakarya, ia juga melakukan wawancara semi terstruktur dengan 7 informan kunci, 23 informan kunci dan 12 informan pendukung (semuanya laki-laki) yang telah diidentifikasi oleh masyarakat sebagai orang yang berpengetahuan tinggi, termasuk pendeta, kepala suku, tetua adat, dan anggota suku.

Berdasarkan hasil analisis, para pemburu/penjebak tahu bahwa binatang buruan bisa ditemukan di hutan, sungai, dan kolam/danau. Mereka juga tahu kapan harus berburu menggunakan kalender perburuan ekologis berdasarkan pendekatan kosmologis dan kalender Gregorian. Berdasarkan informasi pemburu/penjebak teridentifikasi 3 spesies mamalia, 7 spesies burung (aves), 4 spesies reptil (tiga spesies biawak dan satu spesies ular), 2 spesies amfibi (katak) dan 1 spesies katak Actinopterygii.

Ada 5 teknik dalam berburu yang digunakan, yaitu:

Baca Juga  Bangga ! Putra Terbaik Bangsa Dari Malut, Letjen TNI M.Saleh Mustafa Jabat Wakasad.

Teknik Omodoi Hoyia, di mana pemburu/penjebak membawa anjing ke lokasi yang diprediksi akan ditemukan buruan, seperti babi hutan dan rusa
Teknik Omodoi dodeso, di mana pemburu/penjerat memasang perangkap di lokasi yang terdapat bekas kotoran dan jejak kaki hewan buruan seperti babi hutan, rusa, moleo, musang, ular dan biawak
Teknik Holimono, yaitu berburu dengan cara memanah binatang seperti kuskus
Teknik getah pohon, yaitu pemburu/penjebak yang menggunakan getah pohon untuk menangkap burung
Teknik meniru suara satwa liar, yaitu pemburu/penjerat meniru binatang seperti burung dan kuskus.
“Menurut informasi yang diberikan informan, ada lima jenis alat yang digunakan untuk menangkap hewan liar seperti panah (Otoimi), tombak besar (Okuama), tombak kecil (Ohohoba), dan parang (Odia Ohumaranga),” jabar Fachruddin.

Baca Juga  Malut Institute Endus Potensi Korupsi di IUP Yang Diduga Milik Gubernur Sherly, Muslim Arbi : KPK Periksa dan Tangkap Sherly Jika….

Masyarakat adat Togutil mengetahui kapan harus berburu dengan menggunakan simbol matahari dan bulan serta musim hujan dan musim panas. Mereka menjadikan terbit dan tenggelamnya matahari serta terang dan gelapnya bulan sebagai simbol dalam menentukan waktu berburu.

“Dalam penanggalan berburu, suku Togutil mengenal dua kategori jenis hewan berdasarkan kebutuhannya, yaitu hewan yang menyediakan kebutuhan protein primer (primer) dan protein pengganti (sekunder). Kalender Suku Togutil memiliki tiga periode perburuan yaitu periode Obutanga, Ohinoto dan Oiyata,” jelasnya.

Masa Obutanga merupakan masa berburu selama 6 bulan pada musim hujan, dari bulan Oktober sampai dengan April. Masa berburu Obutanga adalah masa perburuan tertinggi yaitu para pemburu menjerat/memburu satwa liar tepatnya pada musim buah, dan mereka menangkap satwa liar sebagai kebutuhan protein utama

Baca Juga  KPK Gelar Survey Integritas, LIRA Warning Sejumlah Kebijakan Gubernur Sherly Yang Berpotensi Conflik Of Interes.

Masa berburu Ohinoto adalah masa berburu yang berlangsung selama dua bulan, dari Mei hingga Juni. Ini adalah awal musim panas. Satwa liar yang diburu pada awal periode ini untuk memenuhi kebutuhan protein utama adalah Katak Pohon Bibir Putih, Kuskus Hias (Kuskus) dan Mangrove Monitor (Mangrove Biawak), pada akhir periode perburuan Ohinzoto para penjerat/pemburu akan berburu babi dan rusa sebagai protein utama.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *