oleh

Mengapa Istana Sibuk Dengan Urusan Koalisi?

-OPINI-361 Dilihat

Koalisi besar, itulah gagasan reaktif setelah Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) mengusung Anies Baswedan. Istana menjadi kolaboratur untuk membentuk koalisi yang terdiri dari Golkar, PAN, PPP, Gerindra dan PKB. PKB nampaknya keberatan. Dianggap melawan, maka seketika, kasus Kardus Duren muncul kembali. MAKI (Masyarakat Anti Korupsi Indonesia) dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah dua aktor yang memunculkan kembali kasus durian. Publik membaca ini sebagai pressure atau tekanan kepada ketum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Di sini, kesan adanya kawin paksa terasa sekali. Mirip awal kelahiran Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), di mata publik itu juga kawin paksa.

Baca Juga  WAJAH PETANI SURAM, DITENGAH PESTA TAMBANG TIONGKOK

Gagasan koalisi besar ingin menyatukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Indonesia Raya (KIR). Jika koalisi ini terbentuk, maka harapan Cak Imin untuk menjadi cawapres Prabowo pupus. PKB tidak punya kekuatan lagi untuk menekan Prabowo berpasangan dengan Cak Imin.

Kemungkinan koalisi besar akan terbentuk, kata Zulkifli Hasan, ketum PAN. Pengatur orkestranya adalah Jokowi, lanjutnya. Terbentuknya koalisi besar lebih disebabkan oleh loyalitas, tepatnya ketakutan mereka terhadap istana. Sebagaimana juga KIB. Satu soal serius yang akan mereka hadapi adalah siapa capres-cawapres yang akan diusung oleh koalisi besar ini?

Baca Juga  Burhan Zein : Kajari Lingga Tidak Boleh Abaikan Hasil Audit BPK RI Dalam Kasus Pembangunan Jembatan Marok Kecil Lingga – Riau.

Akankah koalisi besar ini mengusung Prabowo Subianto? Tidak menutup kemungkinan ini terjadi. Tapi, ini tidak mudah. Sabab, kans Prabowo untuk menang di pilpres 2024 dianggap relatif kecil. Elektabilitas Prabowo sudah jauh menurun. Sementara, sulit mencari pemantik yang bisa mendorong naiknya elektabilitas Prabowo.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *