
Golkar dan PKB agak sulit menerima Prabowo jadi capres. Begitu juga PAN dan PPP. Kecuali jika Airlangga Hartarto jadi cawapresnya, Golkar bisa menerima. PKB mau capreskan Prabowo jika Cak Imin jadi cawpresnya. Bukan untuk menang pilpres, tapi lebih untuk memenangkan partai masing-masing. Sampai di sini, nego di partai koalisi besar akan sangat alot dan cenderung terancam bubar. Faktanya memang, kepentingan masing-masing partai sukit dipertemukan di koalisi besar yang ingin dibentuk.
Golkar, PAN dan PPP, tiga partai yang telah bergabung dalam KIB dari awal menginginkan capresnya Ganjar. Ini perintah sutradara. Tapi, Ganjar kader PDIP. Tanpa keikutsertaan PDIP, Ganjar akan melemah elektabilitasnya. KIB terancam bubar ketika Ganjar menolak karena belum ada restu dari PDIP. Untuk menyelamatkan KIB agar tidak bubar, dibuatlah koalisi besar. Ini bagian dari upaya istana untuk menekan PDIP agar mau capreskan Ganjar.
Di sisi lain, Gerindra kemungkinan sulit menerima jika Prabowo jadi cawapres Ganjar. Posisi ini akan membuat Prabowo akan ditinggalkan konstituennya. Gerindra diprediksi akan jeblok suaranya jika Prabowo jadi cawapres.
Apa kata dunia jika Prabowo jadi cawapres. Lihatvrekam jejak Prabowo di pilpres. Tahun 2009 Prabowo jadi cawapres Megawati. Dalam hal ini, kita diingatkan kembali oleh perjanjian”Batu Tulis” yang terkhianati. Dua kali (2014 dan 2019) Prabowo menjadi capres. Lalu mau jadi cawapres lagi di 2024? Ironi bagi catatan sejarah Prabowo. Apalagi kalau mau jadi cawapres dan kemudian kalah. Ini akan lebih ironis lagi. Kewimoulannya, dari semua analisis, posisi cawapres bagi Prabowo sangat merugikan. Buat Prabowo maupun buat partainya.
Komentar