Teman saya bisa jadi benar.logika kalkulasinya begini : jika si A memusuhi si B,apalagi si A ini punya kekuatan struktural yang kuat dan masif (sebut saja rezim kekuasaan) karena berbeda sesuatu kepentingan strategis misalnya,maka berharap “belas kasih” si A dapat di tempuh dengan cara turut menyerang si B.apapun resiko pribadinya yang di terimanya menjadi tidak lagi penting.katakanlah,soal integritas diri dan ketokohan yang mulai di ragukan,misalnya.kadang dalam politik,hal semacam itu dalam batas-batas “tertentu” masih di anggap normal dan bisa di tolerir publik.tetapi berbalik 180 derajat dari karakter aslinya sama arti mengubur integritas diri yang cukup lama dan “berdarah-darah” di perjuangkan.
Jadi,membela si A dalam contoh di atas dengan cara turut menyerang “musuh”nya itu,analog dengan prilaku calon pembeli pakaian cakar bongkar tadi.bedanya,prilaku calon pembeli pakaian bekas “mencakar” dan “membongkar” tumpukan pakaian bekas itu untuk mendapatkan kepuasan dan nilai ekonomis berbelanja sedangkan prilaku tokoh tadi yang turut menyerang karena telah mendapatkan keuntungan “pra-bayar” berupa partainya yang lolos verifikasi pemilu (jika benar) adalah prilaku “mencakar” dan “membongkar” untuk mendapatkan keuntungan politis dan memuaskan hasrat berkuasa.wallahua’lam.
□karivela_anwar
15/02/23
Komentar