Di tengah dinamika birokrasi dan tantangan pelayanan publik, muncul satu akronim yang kini semakin dikenal publik Ternate: RM. Pada mulanya, RM hanyalah singkatan dari nama seorang pejabat, Rizal Marsaoly, Sekretaris Daerah Kota Ternate. Namun, seiring kiprah dan konsistensi pengabdiannya, RM mengalami metamorfosis makna. Ia bukan sekadar nama, tetapi menjadi simbol gaya kepemimpinan yang profesional sekaligus pro-rakyat.
RM kini dikenal luas sebagai “Rabu Menyapa”. Program Rabu Menyapa yang digagasnya telah menjelma sebagai ruang dialog langsung antara pimpinan pemerintah dan OPD.Bukan lagi model kepemimpinan birokrasi yang kaku, berjarak, dan hanya hadir di balik meja rapat. Rizal turun langsung ke OPD, hadir di tengah komunitas, memimpin apel, meninjau fasilitas, mendengar keluhan, bahkan memberi dorongan moral. Inilah bentuk nyata dari jaring asmara—jaring aspirasi masyarakat—yang selama ini sering diklaim namun jarang dilakukan.Langkah yang juga hendak memastikan optimalisasi dan keadilan pelayanan publik terlaksana dengan baik.
Lebih menarik lagi, publik kini memberi tafsir baru: “Rakyat Manyapa” yang lahir dari respon cepat Sekertaris daerah ini terhadap aspirasi rakyat, seperti pengalaman nyata di Dufa-Dufa puncak. Sebab, respons masyarakat terhadap langkah-langkah RM tidak berhenti pada apresiasi, melainkan berkembang menjadi partisipasi. Rakyat mulai manyapa balik, ikut terlibat, dan merasa memiliki pemerintahan. Dari sini kita melihat bahwa gagasan dan aksi RM melahirkan lingkaran kepercayaan pemerintah menyapa rakyat, rakyat manyapa pemerintah. Inilah fondasi penting bagi sebuah tata kelola pemerintahan yang sehat, partisipatif, dan humanis.
Komentar