oleh

KOTA TUHAN

-OPINI-237 Dilihat

Alasan mengapa begitu banyak karya berputar di sekitarnya adalah karena begitu banyak karya yang terkandung di dalamnya.

Di buku ini, Agustinus seolah berbicara tentang segalanya, meskipun ia bergerak di bawah satu panji: kebangkitan, perkembangan, dan takdir kota Tuhan dan kota manusia.

Kota Tuhan adalah sebuah karya yang, seperti Tuhan, gagal dipahami melalui ringkasan apa pun. Dan ringkasan standar—bahwa Agustinus menanggapi kejatuhan Roma—meskipun bersifat perkiraan, berisiko mereduksi romansa Agustinus yang berdimensi banyak menjadi datar.

Seperti yang telah dinarasikan bahwa
Buku City of God (De Civitate Dei) sebagai respons terhadap jatuhnya Roma pada tahun 410 M oleh suku Visigoth.

Banyak orang Romawi saat itu menuduh Kekristenan sebagai penyebab kejatuhan Roma, karena menurut mereka, Kekristenan telah melemahkan semangat patriotisme dan keberanian militer.

Baca Juga  CATATAN USSER : Prof Mahfud MD, Suksesor Ideal Menkopolhukam RI

Agustinus menulis buku ini untuk membela Kekristenan dan menjelaskan bahwa kejatuhan Roma bukan karena agama Kristen, tetapi karena Roma sendiri yang sudah mengalami dekadensi moral.

Dalam buku ini, ia juga membahas konsep dua kota yang melambangkan dua cara hidup manusia: “Kota Allah” (Civitas Dei) dan “Kota Dunia” (Civitas Terrena).Kita yang Saling Berhadapan.

–000–

Dua Kota yang saling Berhadapan

Agustinus melihat sejarah bukan sebagai serangkaian kejadian acak, tetapi sebagai pertarungan antara dua kota:

Kota Allah (Civitas Dei): Kota yang dibangun di atas kasih kepada Tuhan, iman, dan kebenaran.
Kota Dunia (Civitas Terrena): Kota yang dibangun di atas cinta diri, kesombongan, dan keinginan akan kekuasaan.

Baca Juga  ORANG-ORANG JENUH

Kota Dunia adalah Roma, Babel, dan semua kerajaan duniawi yang pernah ada dan akan ada. Kota ini gemerlap, menjanjikan kekayaan dan kemuliaan, tetapi pada akhirnya, ia selalu jatuh. Sebab, tidak ada yang abadi di dunia ini.

Kota Allah, di sisi lain, tidak bisa dihancurkan. Ia tidak bergantung pada dinding batu atau pasukan tentara. Kota ini ada dalam hati orang-orang yang mengasihi Tuhan. Kota ini adalah gereja sejati, umat yang dipilih, dan kerajaan surga yang akan datang.

Baca Juga  Agus Suparmanto Dinilai Layak Pimpin PPP

Agustinus mengajak pembacanya untuk melihat sejarah manusia dengan kacamata yang berbeda. Dari zaman Adam dan Hawa, hingga zaman Abraham, Musa, dan akhirnya Yesus Kristus, dunia telah menjadi panggung bagi dua kota ini.

Dalam sejarah ini, Roma bukanlah pusat dunia. Sebelum Roma, ada Babilonia, Asyur, dan Mesir. Semua kekaisaran duniawi telah bangkit dan jatuh. Apa yang terjadi pada Roma bukan akhir dari dunia, melainkan hanya satu bab dalam kisah besar yang ditulis oleh Tuhan sendiri.

Namun, ada satu perbedaan besar: Kota Dunia selalu mencari kejayaan bagi dirinya sendiri, sedangkan Kota Allah selalu mencari kemuliaan bagi Tuhan.

Mengapa Roma Jatuh?

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *