oleh

Potensi Anies Baswedan Reborn Di Tengah Gejolak Politik

-OPINI-386 Dilihat
Tony Rosid : Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

“Jangan biarkan negara tanpa oposisi”, begitu nasehat orang bijak. Nasehat ini mengingatkan kita pada apa yang pernah diucapkan oleh Lord Acton: “Power tends to corrupt, obsolut power corrups absolutly”. Kekuasaan akan selalu dihadapkan pada godaan untuk menyimpang. Karena itu, perlu oposisi yang melakukan kontrol.

Siapa yang bertugas kontrol penguasa? Yang pasti bukan DPR. Mayoritas anggota DPR dalam posisi sebagai bagian dari partai koalisi. Yang terjadi, peran DPR dikendalikan oleh ketum partai. Ketum partai dikendalikan oleh presiden. Tidak mungkin orang yang dikendalikan akan mengontrol pengendalinya. Di sinilah sistem demokrasi berbasis pembagian otoritas ala trias politika Montesquieu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang terjadi bukan pembagian kekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif) berdasarkan fungsi-fungsi utamanya, tapi justru pengendalikan eksekutif terhadap legislatif dan yudikatif. Presiden sebagai pihak yang mengontrol, bukan dikontrol.

Baca Juga  Pembangunan Berbasis Inovasi dan Ekonomi Pancasila

Dalam sistem negara yang sehat, oposisi diperlukan. Ketika oposisi struktural tidak berfungsi, maka harus digantikan oleh oposisi di luar struktur. Siapa saat ini yang bisa ambil peran untuk menjadi oposisi non struktural?

Setelah kekuatan Jokowi meredup, tersisa kekuatan di polri yang hingga hari ini presiden masih belum berani mencopot kapolri, maka negara perlu tokoh oposisi di luar Jokowi.

Baca Juga  Burhan Zein : Kajari Lingga Tidak Boleh Abaikan Hasil Audit BPK RI Dalam Kasus Pembangunan Jembatan Marok Kecil Lingga – Riau.

Menyebut nama Jokowi sebagai tokoh oposisi memunculkan tiga pertanyaan. Pertama, Jokowi sudah pensiun, ngapain cawe-cawe dan jadi oposisi? Jawabnya singkat: Jokowi punya sejumlah generasi yang nasibnya ada di pundaknya.

Kedua, bukannya Gibran, putra Jokowi berada di dalam kekuasaan, kenapa Jokowi malah jadi oposisi? Betul ! Dalam formasi kekuasaan Prabowo, Gibran tidak diberi peran. Ketika wapres tidak berfungsi, maka konsentrasinya akan bergeser: bagaimana mengambil alih dan mengganti posisi presiden.

Baca Juga  Teori Eggi Sudjana: OST JUBEDIL. Objektif, Sistematis, Toleran, Jujur, Benar, Adil.

Ketiga, Jokowilah yang menjadikan Prabowo presiden, kenapa harus oposisi? Yang seringkali orang lupa bahwa politik itu dinamis. Semua bisa berubah seiring berubahnya situasi dan arah politik.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *