oleh

EYANG MERRY HOEGENG

-OPINI-134 Dilihat

Juni kemarin, usianya genap 100 tahun. Sebuah capaian usia yang terbilang panjang untuk ukuran usia harapan hidup orang Indonesia.

Eyang Mery terbaring di atas tempat tidur. Meski demikian, Ia masih tampil ceria dan segar. Dengan ingatan yang masih sangat tajam.

Siang itu ia berkebaya warna orange, dengan diselimuti kain batik bermotif bunga-bunga dengan rambut putih pendek yang dibiarkan terurai.

Di usianya yang hampir satu abad itu. Eyang Mery masih tampil begitu cantik .

****

Eyang Mery adalah istri dari Jenderal Polisi Hoegang Imam Santoso, mantan kapolri legendaris di era 1968-1971 yang dikenal memiliki integritas dan kejujuran selama menjabat.

Baca Juga  Polisi Tidak Perlu Ragu menetapkan Jokowi Tersangka

Mery Hoegeng memiliki darah campuran Indonesia-Belanda. Ia adalah putri dokter Soekmano dan Jeanne Reyneke Van Stuwe, keturunan Belanda.

Eyang Mery disebut ‘Ummul Mukminin’ bagi kalangan ibu-ibu bayangkari. Kisah dan keteladanan Merry Hoegeng sering dijadikan inspirasi bagi istri-istri pejabat lainnya.

Sebagai istri pejabat tinggi, Mery Hoegeng terbiasa hidup sederhana, jauh dari kemewahan. Ia bahkan pernah tinggal di garasi mobil kerabat saat baru pindah ke Jakarta.

Baca Juga  Apakah Gibran berada di balik Demo Ricuh DPR 25 Agustus?

Untuk membantu perekonomian keluarga, Mery pernah berjualan sate dan membuka toko bunga di garasi rumah dinasnya. Toko bunga ini cukup laris, namun diminta ditutup oleh Jenderal Hoegeng saat menjabat Kepala Jawatan Imigrasi untuk menghindari konflik kepentingan.

Eyang Mery juga menunjukkan ketegasannya dalam menjaga integritas keluarga. Ia dengan tegas melaporkan dan mengembalikan semua hadiah barang-barang mewah, termasuk cincin berlian, yang merupakan upaya suap dari pihak yang ingin berurusan dengan suaminya.

“yang tidak mudah bagi saya adalah menjelaskan pada anak-anak tentang kesederhanaan dan kekurangan hidup yang kami jalani” kenangnya.

Baca Juga  Joko Widodo di anggap menghalangi eksekusi putusan Inkrah Silvester

Anak-anaknya sering membanding-bandingkan dengan gaya hidup anak pejabat lain yang berkecukupan dan mewah. Dan Eyang Mery tak henti-hentinya menjelaskan dengan penuh kesabaran. “syukurlah anak-anak akhirnya mengerti” ujarnya.

***

Dalam silaturahmi dengan Eyang Mery Hoegeng. “ Saya merasakan mendapat pesan yang luar biasa, mendalam dan bermakna,” kata Hana Ayu Wijaya, sang Bendahara GRN.

“Keteguhan hati Ibu Meriyati untuk tetap hidup bersahaja di tengah kekuasaan adalah sesuatu yang patut dicontoh,” Ucap Sang Ketum.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *