” Mana Nasution ?”
Dengan penuh heroik ia menjawab :
” Saya Nasution”
Ia rela menumbalkan dirinya, demi melindungi sang Jendral Besar yang sangat dihormatinya.
Sebuah cuplikan kisah yang sangat mengharuka, masih terpatri dalam hati saya sampai saat ini.
Sebegitu banyak deretan nisan-nisan. Tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah nisan yang bertuliskan Johannes Sangaji, umur 26 tahun. Meninggal 1-11-1965. Marga ini menarik perhatian saya, sayang sekali saya tak punya referensi memori kisah tentang sosok ini
PAHLAWAN-PAHLAWAN TAK DIKENAL
Diantara gundukan tanah tempat pahlawan bersemayam. Ada barisan nisan-nisan bertuliskan “Pahlawan Tak Dikenal”. Yang terasing tanpa penziarah, tanpa bunga. Tak ada melati ditabur, tak ada doa-doa yang dilafalkan. Hanya daun kamboja gugur, kerikil hitam mengkilap, dan helm warna silver teronggok di atas pusara.
Jumlah makam yang tergeletak mencapai ratusan. Kuburan mereka tersebar di antara Blok A, B, dan C. Terlihat hanya satu makam ‘Pahlawan Tak Dikenal’ yang bertabur kembang. Bunganya pun sudah mengering. Aromanya juga sudah hilang. Makam itu tampak terasing di antara pusara tak bernama lainnya.
“Ya, logikanya, karena tidak dikenal siapa yang mau tabur bunga?. Palingan ada keluarga pahlawan lain atau anak sekolah yang datang untuk tabur bunga di sana. Tapi itu juga jarang banget,” ujar salah seorang penjaga makam yang bernaman.
Sang penjaga makam tampak bingung saat ditanya perihal asal-usul makam pahlawan tak dikenal itu. Bahkan, salah seorang di antaranya sampai mencari informasi di mesin pencari internet. Hasilnya, nihil pula asal-usul .
Di tengah simpang siur itu, salah seorang di antara penjaga berkata, “Coba tanya Pak Mardi. Dia google-nya TMP Kalibata” sembari menunjuk seorang bapak yang sedang duduk di tepi jalan setapak makam.
Setelah berbincang-bincang, rupanya benar. Sumardi (56) tahu banyak hal tentang TMP Kalibata. Terutama asal-usul makam pahlawan tak dikenal. Ia bercerita, salah satu penanda bahwa jenazah itu merupakan pejuang perang adalah ikat kepala berwarna merah putih.
“Waktu perang kan mana ada yang bawa identitas. Tapi dulu itu, ada simbol ikat merah putih di kepala. Yang pakai itu, pasti pejuang,” ujar lelaki yang merupakan PNS di Komando Garnisun I itu.
Karenanya, jenazah di medan perang yang mengenakan ikat kepala merah putih dan tidak dikenal identitasnya, akan dikategorikan sebagai pahlawan tak dikenal.
Ia juga menjelaskan bahwa ada 43 makam pahlawan tak dikenal di TMP Kalibata. Makam pahlawan tak dikenal tersebar di Blok F, E dan A.
Akhirnya, saya ingin melukiskan ; Di bawah nisan-nisan itu terdapat sosok-sosok heroik yang telah banyak menanam budi. Diibaratkan bunga mawar, yang oleh penyair Irak, Ahmad Al-Safi Al-Najati, disebut ratu segala bunga.
Labaki, penyair Libanon menganggap mawar “bunga abadi”. Sebab bila mawar mati, hanya warna, cahaya, dan keindahannya yang lenyap, sedangkan wanginya tetap bersama angin timur yang mengelana.Mawar hakikatnya tak pernah sirna.
Para Pahlawan pun tak sirna.Kenangan dan jasa mereka diembuskan.Dan seperti api, kenangan itu menyala di dalam berjuta-juta jiwa rakyat Indonesia. Wallahu’alam.
Komentar