Tiba-tiba nama saya disebut oleh MC. menyampaikan sepata dua kata selaku dewan pembina.Tentu saya shock, karena tidak tertulis di rundown acara.
Saya terpojok dan tak mungkin mengelak.Terasa memang agak ngeri- ngeri sedap. Saya tak punya pengalaman sebagai pejabat, tak berpengalaman pidato pada moment seremoni ziarah seperti itu.Terlihat raut muka sang ketum dan jajaran pengurus menatap penuh harap, untuk penuhi permintaan MC.
Di hadapan para aggita GRN, Saya memberi prolog singkat, megingatkan ungkapan rasa syukur, bisa hadir ziarah mengenang jasa para pahlawan atas segala pengorbanannya. Juga meingatkan beberapa adab dan etika ziarah
MAKAM PARA IBU NEGARA
Dengan tertib dan perlahan kami masuk ke area makam, dipandu oleh seorang petugas makam.
Sambil melangkah, Insting seorang peneliti muncul. Saya perhatikan setiap makam, ukuran nya 2 X1 meter presisi.Tepiannya terbuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil yang dikeraskan. Pada bagian tengah makam,kerikil kecil merata, tersusun rapih.
Batu nisan setinggi sekitar 1 meter berbahan serupa dengan tepi makam menjadi penanda. Pada bagian pangkal nisan, terdapat helm besi berwarna silver, ada taburan bunga dan aroma wewangian.
Makam pertama yang kami tuju adalah makam Ibu Ainun Habibie. Setelah salam dan berdoa. Saya mengamati, di nisan tertulis. “Hasri Ainun Habibie Binti Muhammad Besari.” Terpahat “Ibu Negara Masa Pemerintahan Baharuddin Yusuf Habibie, 1989-1999″. Lahir 11-08-1937.Wafat 22-05-2010.
Sejenak, pikiran saya melalang buana dengan kisah romantis dalam Novel Habibie & Ainun.Sayup-sayup seperti terdengar bait-bait Lagu Cinta Sejati” milik Bunga Citra Lestari (BCL) :
” Mana kala hati
Menggeliat,
Mengusik renungan
Mengulang Kenaangan,
Saat cinta menemui cinta.
Suara sang malam
Dan Cinta seakan berlagu……”dst
Kisah pahit getir Ainun mendampingi Habibie di Aachen Jerman, selama 6 tahun. Menjadi
Ibu negara, sampai Habibie mendamping Ainun berjuang melawan penyakit kanker ovarium, hingga wafat di RS. Ludwig-
Maximilians Klinikum Grosshadern–München, Jerman. pada 22 Mei 2010.
Sebuah Novel kisah Cinta Sejati yang ditulis sendiri oleh pena sang suami (Habibie) sebagai sebuah “healing” mengisi lubang hati ditinggal pergi.
Bergeser agak ke depan terdapat nisan yang bertuliskan Hj.Kristiani Herawati-Ibu Negara Ke-6. Istri Soesilo Bambang Yudhoyono.
Ingatan pun kembali pada kisah
perpisahannya dengan SBY di National University Hospital, Singapura pada, Sabtu (1/6/2019). Karena penyakit ‘kanker darah” Yang membuat SBY menangis sesunggukan di samping jasad Ibu Ani. Seperti potongan kisah di dalam esai Asghar Shaleh tentang kemiripan penyakit Ibu Ani dengan anaknya yang juga berpulang di RS.Wahidin Sudiro Husodo Makassar.
MAKAM PAHLAWAN REVOLUSI
Tak jauh dari Makam Ibu Ani, terlihat nisan yang bertuliskan Jendral A.Yani pahlawan revolisi. Kembali kisah kisah film G 30 S/PKI produksi rezim Orde-baru yang saya nonton sejak kecil, bergelayut dalam pikiran. Saya seperti berhadapan dengan sebuah layar yang menghadirkan kisah-kisah penembakan dan penyiksaan oleh pasukan Tjakrabirawa.
Kami pun di pandu bergeser ke pemakaman yang terletak di sisi kiri. Ada deretan makam antara lain bertuliskan; DI Panjaitan, A.Sugiono.
Terdapat makam Piere Tendean. Sosok ajudan Jenderal TNI AH.Nasution yang dalam kisah di film, ada adegan ketika ditanya oleh pasukan Tjakrabirawa
Komentar