oleh

Catatan Redaksi : Kisruh GKR, Pisau Bermata Dua — Antara Tata Kelola dan Warisan Sepakbola Maluku Utara

-HEADLINE-17 Dilihat

GKR atau Gelora Kie Raha, stadion yang menjadi Home base Klub Malut United, klub kebanggaan masyarakat Maluku Utara tengah menjadi sumbu konflik.

Ironis ! GKR yang baru menghidupkan kembali nyala api martabat Maluku utara di kencah nasional bahkan Asia itu terancam padam.Malut United, klub sepakbola profesional yang telah menjadi ikonik kebanggaan Malut mengancam hengkang akibat kisruh yang melingkupi GKR.

Bagaimana GKR bisa bangkit menjadi panggung prestise Malut bukan jatuh dari langit.Walikota M.Tauhid Soleman dan Sekot Rizal Marsaoly yang awalnya dihujat abai ketika GKR terbujur kaku berhasil mengambil langkah terebosan kemitraan dengan Malut United merekonstruksi GKR yang layak, manuver Inovatif yang terbukti berhasil mengangkat martabat malut melalui prestasi MU itu kini dituding “salah”.

Baca Juga  Miris ! Gubernur Sherly Pamer Prestasi UHCnya Bupati/Walikota Sementara RSUD CB Tanggunjawabnya Memprihatinkan.

Kisruh kepemilikan Stadion Gelora Kie Raha (GKR) sesungguhnya menampakkan dua wajah yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, masalah ini membuka tabir tata kelola administrasi publik: pertanyaan legalitas, transparansi, dan tanggung jawab pemeliharaan yang mengendap lama. Di sisi lain, tabir konflik itu menyingkap aktor dan keberanian yang selama ini bertaruh pada masa depan sepakbola Maluku Utara, figur-figur seperti Walikota M. Tauhid dan Rizal Marsaoly yang mengambil keputusan penting agar GKR menjadi panggung lahirnya kebanggaan daerah: Malut United.

Baca Juga  Miris ! Dinilai Terlalu “Loyo” Terhadap Eksekutif, TAPD Pun Tak Menghargai DPRD Lagi.

Seandainya pemerintah kota dan pemangku kebijakan tidak berani menjalin kerja sama rekonstruksi dengan Malut United ketika kondisi stadion masih jauh dari layak, kemungkinan besar sepakbola lokal akan terus mengalami kemunduran.

Rumput lapangan yang rusak, fasilitas tribun yang tak memadai, hingga standar keamanan yang belum memenuhi kompetisi nasional seharusnya menjadi alasan untuk pasrah. Namun keputusan untuk merevitalisasi GKR  meski temporer dan penuh risiko  telah menggugah antusiasme masyarakat, menyalakan kembali gairah yang sempat redup, dan menjadikan Malut United bukan sekadar klub lokal, melainkan simbol kebangkitan yang bergaung hingga ke tingkat regional.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *