“Sedikit sekali orang yang mau mengambil jalur nahi mungkar, beliau satu dari sedikit itu. Saya yakin beliau wafat dalam penuh kemuliaan, dihari mulia dan saat saat mengerjakan tugas mulia”.
Demikian ungkapan Ustadz Das’ad Latif.
Sedangkan Ustadz Abdul Samad memberi kesaksian :
“Beliau sudah hidup mapan. Jadi Rektor. Gaji besar. Duit banyak. Dapat hidayah. Masuk Islam. Keliling berdakwah. Nyetir sendiri sampai di Jambi, mobilnya rusak. Dibawa ke bengkel. Mesin hancur karena tidak pernah diservice. Mau diganti tim Uas Jambi mobil baru. Ternyata mobil yang rusak itu belum lunas. Ditawarkan Tim tinggal di apartemen. Beliau tidak mau. Ternyata rumahnya masih ngontrak. “Beliau melihat dunia ini setengah sayap nyamuk” Kata UAS.
Saat saya dibully, dipersekusi, dilaporkan. Beliau lantang membela saya. Beliau hanya takut pada Allah.
Hari ini Allah buktikan batinnya. Beliau wafat hari Jumat. Khotib Jumat. Hari mulia 10 Zulhijjah. Bulan mulia. Allah beri beliau kemuliaan.” Selamat jalan Ustadz Yahya Waloni. Ucap UAS.
Ternyata hari itu adalah Khutbah dan Salam perpisahan terakhir Beliau. Ia wafat dalam keadaan menyampaikan pesan ilahi, di hari Jumat yang penuh berkah. Sebuah akhir yang mungkin diidamkan oleh banyak ulama.Warisan Dakwah yang Tertinggal.
Terlepas dari pro dan kontra, Yahya Waloni telah meninggalkan jejak panjang dalam dunia dakwah Indonesia. Ceramah-ceramahnya menyebar luas di media sosial, dan kisah hijrahnya menjadi bagian dari narasi besar tentang pencarian kebenaran dalam kehidupan beragama.
Kini, pendakwah yang dikenal keras dalam prinsip itu telah kembali ke pangkuan Ilahi. Namun suaranya, pesannya, dan perjuangannya akan terus dikenang, terutama oleh mereka yang pernah tersentuh oleh dakwahnya.
Saya ingat, Ia sempat melakukan safari dakwahnya di Maluku Utara, salah satu yang didatangi adalah tidore, dengan mengisi cermah di bebrapa masjid, salah satunya adalah Nurul Bahar. Cukup banyak kenangan foto beliau dengan masyarakat muslim Maluku Utara yang diunggah sejak kemarin.
Ia tampak kurang peduli pada harta. Ia berangkat dihari yang mulia. Ia tak akan pernah hadir lagi di kota manapun—Ia memulai perjalanan sebagai seorang Muslim dari bumi Toli-Toli pada 11 Oktober 2006, dan berakhir di atas mimbar di Kota Anging Mamiri Makassar, 6 Juni 2025.
Topiknya menarik dan eksekusinya bagus! Salut. Coba juga share ke Kanal.id, di sana banyak yang aktif diskusiin hal-hal unik kayak gini.