Ia memiliki postur tubuh tinggi dan tegap. Meskipun pernah nakal, pendidikan formalnya sangat tinggi hingga meraih gelar doktor teologi jurusan filsafat.
Ia memperlihatkan ijazah asli yang dikeluarkan “Institut Theologia Oikumene Imanuel” Manado tertanggal 10 Januari 2004, sehingga gelar lengkapnya adalah Dr. Yahya Yopie Waloni, S.Th, M.Th
Beberapa hari sebelum menyatakan Islam, Yahya mengaku sempat bertemu dengan seorang penjual ikan di rumah lamanya, kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Toli-Toli.
Pertemuannya dengan penjual ikan itu terjadi tiga kali berturut-turut dan selalu pada pukul 09.45 WITA, tanpa pernah meleset. Sayang.. saya tidak mendapatkan kelanjutan dari kisah tersebut, karena dibatasi jumlah halaman melalui E book.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong pada tahun 2000-2004. Pada masa itu, ia juga merupakan seorang pendeta dengan status sebagai pelayan umum dan terdaftar pada Badan Pengelola Am Sinode GKI di tanah Papua, Wilayah VI Sorong-Kaimana.
Ia menetap di Sorong sejak tahun 1997. Tahun 2004 ia kemudian pindah ke Balikpapan. Di sana ia menjadi dosen di Universitas Balikpapan (Uniba) sampai tahun 2006. Yahya menginjakkan kaki di kota Cengkeh, Toli-Toli, tanggal 16 Agustus 2006.
****
Nama Yahya Waloni mencuat ke publik setelah kisah hijrahnya dari seorang pendeta menjadi pendakwah Muslim. Perjalanan spiritualnya menjadi inspirasi sekaligus kontroversi.
Ia kerap hadir di tengah masyarakat membawa pesan tegas tentang akidah dan ketauhidan. Gaya ceramahnya yang berapi-api membuatnya dicintai sekaligus dikritik.
Ia pernah dipenjara selama 5 bulan, karena kasus penistaan agama, dan bebas pada 31 Januari 2022, setelah Paul Zhang melaporkannya sebagai penistaan agama .
Namun tak bisa dipungkiri, ia adalah sosok yang menggerakkan banyak hati.
Topiknya menarik dan eksekusinya bagus! Salut. Coba juga share ke Kanal.id, di sana banyak yang aktif diskusiin hal-hal unik kayak gini.