Sebuah ertikel yang ditulis Dr.Mukhtar Adam dengan tajuk *Kie Raha Sumbe Perubahan Global, Catatan Pemantik Para Cendikia Kie Raha* memantik diskursus ketidakadilan pembangunan di Provinsi Maluku utara.Adalah Malik Ibrahim (pakar dan Keitikus Pembangunan) memberikan sudut pandang yang lebih kritis pada tulisan ekonom Unkhair itu.
Tulisan Mukhtar Adam eksplisit menurut sapaan Bang Lik itu sangat inspiratif dan penuh dengan refleksi mendalam tentang sejarah dan kondisi saat ini di Kie Raha, Maluku Utara.
Founder lembaga nirlaba pemberdayaan masyarakat Kampoeng Malanesia SIDEGon itu membahas peran penting Kie Raha dalam sejarah perdagangan global, khususnya dalam produksi dan perdagangan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada. Mukhtar juga menyoroti bagaimana Kie Raha menjadi pusat perhatian dunia karena komoditas ini, yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi juga memicu perkembangan ilmu pengetahuan dan teori ekonomi.
Ia juga secara kritis membahas tentang tantangan dan ketidakadilan yang dihadapi oleh masyarakat Kie Raha saat ini, termasuk masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial yang timbul dari eksploitasi sumber daya alam dan kebijakan pembangunan yang tidak adil. Dia juga mengingatkan pentingnya memahami sejarah dan konteks lokal dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Upaya untuk membentuk Daerah Otonomi Baru (DOB) sebagai solusi untuk mengatasi ketidakadilan fiskal dan distribusi pembangunan juga merupakan poin penting dalam tulisannya. Ini menunjukkan kesadaran dan inisiatif masyarakat Kie Raha untuk mencari solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal mereka.
Secara keseluruhan, tulisan Mukhtar Ada menawarkan refleksi yang mendalam tentang pentingnya memahami sejarah, konteks lokal, dan kebutuhan masyarakat dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan. Ini juga menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Kie Raha dan masyarakatnya.
Komentar