oleh

Bahlil “BL” Lahadalia dan Spirit Demokratisasi di Partai Golkar Maluku Utara

-OPINI-273 Dilihat

Spirit demokratisasi yang oleh paman saya Abang Hama ssebut sebagai spirit “Bahlil” ini harus mewabah di tubuh partai Golkar di seluruh Indonesia, tidak terkecuali.Mimpi ini sudah sejak lama ketika berakhirnya rezim hijau hitam yang dipelopori Bang Akbar Tanjung Cs di Partai Golkar.

Spirit “Bahlil” tidak saja untuk Partai Golkar tetapi Indonesia.Sebab negeri yang kita cintai ini seolah tak henti dibenturkan dengan isyu mayoritas dengan minoritas bernuansa SARA.Itu karena tradisi politik yang dikembangkan terlampau elitis.Kita memang memiliki Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI namun pengejewentahan ini ideal dan mestinya di implementasikan partai politik itu masih gagal.Disitulah nuansa Bahlil Ketuam Partai Golkar menemukan posisinya, kelompok minoritas Suku bisa menjadi ketua DPP Partai Golkar yang Jawa dan Sumatra sentris.

Baca Juga  KH.Ghani Kasuba, Lc, Pemimpin, Guru, Orang Tua dan Sahabat

Semangat ideal ini harus mewabah ke Maluku Utara.Bertepatan ada momentum strategis dimana DPD Partai Golkar Maluku utara akan menggelar musda, hajatan suksesi untuk memilih kepemimpinan baru DPD Partai Golkar.

Pesan pentingnya DPD Partai Golkar harus menjadi instrumen kepentingan rakyat bukan kepentingan dinasti dan oligarki.Tak bisa dipungkiri, Partai Golkar Malut kehilangan spirit demokrasi ke rakyat seiring menguatnya politik dinasti dalam dua dasawarsa terakhir.

Baca Juga  9 Strategi Politik Jokowi

Implikatif ! Partai beringin kehilangan magnetnya sebagai partai besar di Maluku Utara 2024.Politik dinasti di DPD Partai Golkar Maluku Utara seolah membangun watak politik partai Golkar sebagai gerbong keluarga bukan lagi sebagai gerbong kepentingan rakyat.Partai Golkar menjadi langganan kalah di Pilkada Malut.

Pambaruan adalah semangatnya.Hal itu sejalan dengan pambaruan partai Golkar itu sendiri.

Dikutip dari Dokumen visi misi partai Golkar, Pembaruan paradigma itu sendiri didorong oleh faktor utama yang berasal dari diri Partai GOLKAR sendiri, yakni jatidiri dan watak GOLKAR sebagai kekuatan pembaru. Sebagaimana disebutkan pada point keempat dari IKRAR PANCA BHAKTI GOLONGAN KARYA, etos atau semangat pembaruan pada sejatinya merupakan fitrah atau sikap dasar Partai GOLKAR sejak kelahirannya. Fitrah inilah yang mendorong dilakukannya pembaruan ini. Dengan demikian, pembaruan paradigma ini merupakan pengejawantahan belaka dari fitrah tersebut.

Baca Juga  REVISI UU TNI BUKAN LEGITMASI DWI FUNGSI ABRI

Paradigma Baru Partai GOLKAR ini talah mulai diwujudkan melalui pembaruan internal, terutama terhadap struktur atau kelembagaan organisasi yang selama ini mempunyai akses yang terlalu besar terhadap organisasi yang membatasi kemandirian Partai GOLKAR.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *