“Berawal dari sebuah pemerintahan yang baik manakala kelompok minoritas merasakan dirinya seperti kelompok mayoritas”Saidina Ali RA.
Partai Golkar tengah memasuki momentum demokratisasi pasca terpilihnya Bahlil Lahadalia sebagai ketua umum DPP Partai Golkar.Itu premis yang sahih tak terbantahkan.
Why ! Terpilihnya Sapaan akronim BL sebagai Ketum partai beringin ini anti maenstream bangat.Bukan putra Jawa dan Sumatra serta Sulawesi, Menteri ESDM ini Papua pula.Siapa yang bisa membayangkan BL dan orang Papua naik tahta di puncak memimpin Partai Beringin ? Pertanyaan klise yang tak bisa dihindari dalam cultur politik indonesia yang Jawa sentris.Semangat kebaruan ala partai Golkarnya dapat atau kata orang Batak “jadi ini barang”.
Khakayak politik boleh jadi suudzon bahwa BL terpilih Ketua Partai Golkar karena semata Mulyono conection.Tapi salah rumus alam nya begitu, kekuasaan bisa menjadi instrumen perubahan jika pranata struktural dan sosial tak mampu mengkonsolidasikan perubahan.Fakta tak terbantahkan, Bahlil memberikan keyakinan utuh tentang demokratisasi yang substansial di tubuh partai Golkar.Siapun bisa menjadi ketua DPP dan DPD Partai Golkar, itulah nilai praktisnya.
Saya masih terngiang akan pesan Imam Ali Karamallahu Wajha yang sering diungkapkan paman saya Muhammad Alaydrus yang akrab kami sapa Abang Hama bahwa “Bermula dari suatu pemerintahan yang baik, manakala kelompok minoritas merasakan dirinya seperti kaum mayoritas”.
Pesan 14 abad silam ini up date dengan nilai demokratisasi yakni egaliter yang diperjuangkan di era milenium ini.Bahwa nilai egaliter harus seiring dengan proses demokratisasi.Eksistensi Bahlil di tampuk DPP Partai Golkar membawa misi egelitarisme ini.
Egalitarianisme adalah doktrin bahwa semua warga negara harus diberikan hak yang setara. Istilah egalitarianisme memiliki dua definisi yang berbeda.
DPD Partai Golkar Maluku Utara.
Komentar