oleh

Anies Baswedan Paling Ideal Diantara Tiga Capres

-HEADLINE, OPINI-16 Dilihat

 

Jangan buru-buru berasumsi bahwa tulisan ini subyektif dan partisan dengan judul di atas. Artikel ini berupaya menggali data dan juga argumentasi yang obyektif untuk kemudian membuat kesimpulan bahwa Anies adalah capres yang paling ideal.

Indikator utamanya ada pada identitas pemilih. Dari semua survei, Anies Baswedan paling tinggi jumlah pemilihnya dari kalangan kelas menengah atas dan perkotaan. Mereka adalah kaum terdidik yang relatif lebih rasional dan mampu melihat fakta serta mengolah informasi dengan baik.

Baca Juga  Hasbi Yusuf, Senator RI Turut Berbelasungkawa Kepada Korban Kapal RIB 04 SAR Kota Ternate

Sementara dua rival Anies, yaitu Prabowo dan Ganjar, jumlah pemilih rasional, terdidik, kelas menengah atas dan perkotaan jauh lebih kecil dari Anies. Pemilih kedua capres ini didominasi oleh mereka yang lulusan SD atau tidak sekolah yang umumnya tinggal di pedesaan. Silahkan anda cek hasil survei itu.

Besarnya pemilih berpendidikan, kelas menengah atas dan perkotaan menunjukkan sisi kualitas Anies Baswedan yang lebih dominan dibanding dengan kedua rivalnya. Ini data yang sulit dibantah.

Baca Juga  Bupati Bassam Kasuba Bertemu Menteri Tenaga Kerja, Ini Yang Dibicarakan

Saya seringkali ngobrol “sersan”, (sarius tapi santai) dengan temen-temen lintas dukungan. Ada pendukung, bahkan pengusung 01 ada 02 dan ada 03. Di dalam obrolan, yang tentu tidak diliput oleh media, mereka dengan jujur, tegas dan sepakat bahwa yang paling siap, terbaik dan ideal diantara capres yang ada adalah Anies Baswedan. Saya yakin diantara anda, banyak yang juga menemukan pengalaman yang sama dengan saya.

Baca Juga  Laut Kok Punya HGB. Negara Makin Kacau !

Buat kalangan terdidik perkotaan yang mampu menjaga obyektifitas, mereka paham dan tidak perlu diberi penjelasan. Kecuali mereka yang terlanjur terikat dengan kebutuhan pragmatis dan politis. Tapi kepada mereka yang awam, saya merasa perlu ikut menjelaskan. Ingat, menjelaskan itu beda dengan kampanye. Menjelaskan itu bagian dari tanggung jawab akademis untuk menyuguhkan perspektif seobyektif mungkin, by data, dan tetap membuka ruang untuk dialog.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *