OPINI

“Pernak-pernik” mubazir di Ramadhan : Dari Tes Mic hingga Jadwal Imsakiyah [Part.21].

Anwar Husen /kolomnis tetap

Belum selesai cerita dari corong Masjid itu.Memang ada kebiasaan di masyarakat kita yang “terpelihara” sejak lama.Bulan Ramadhan sepertinya jadi ajang tampil “beda”.Mulai dari hal-hal “besar” dan mendasar hingga yang remeh-temeh,sebut saja pernak-pernik.Seolah ingin tampil “sempurna” dan terlihat hebat di banding tempat lain,meski kadang kelihatan berlebihan hingga terkesan di ada-adakan sekehendak saja.

Kerja bakti bersih-bersih tempat ibadah,mempersiapkan Tadarussan,mengatur manajemen termasuk jadwal petugas Masjid,mengkoordinasikan jadwal eksternal khutbah ataupun ceramah singkat [Kultum],mungkin di antara yang bisa di sebut sebagai hal-hal “besar”.Tetapi mengecek soundsystem,memperingatkan secara berlebihan tentang jadwal Imsakiyah hingga perlunya menu berbuka petugas Masjid di siapkan oleh jamaah,barangkali adalah hal-hal remeh-temeh yang terlalu di “ada-adakan”.Bahkan terkesan bahwa itu hal “besar”.Apa parameternya???Masjid di sekitarnya ataupun di tempat lain sebagai pembandingnya.Kebetulan saja hampir seluruh Masjid di pulau Tidore dan Ternate hingga beberapa Masjid di kabupaten di Maluku Utara,saya pernah berjamaah,meski berklasifikasi “numpang lewat”,kebetulan.Bukan bermaksud apa-apa tetapi saya perlu menyebut ini sekedar sebagai pembanding untuk “menguatkan” tulisan ini dan tidak memberi kesan tendensius.
☆☆☆
Ada pandangan dari sebagian kaum agamawan bahwa Masjid jangan sampai di jadikan sebagai candi-candi yang setiap saat di pikirkan tentang “kemegahan”nya.Hanya memikirkan bangunan dan tidak memikirkan kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat.Dari dulu sejak di dirikan,jamaah “berkorban” atas nama tempat ibadah.Tetapi “tempat ibadah”,yang telah “necis” dan memiliki saldo kas puluhan hingga ratusan juta di bank,tidak di pikirkan untuk memberi “santunan” kepada jamaah/warga yang kebetulan berkekurangan,fakir,dan lain-lain.Saatnya mindset ini harus di ubah.Kehadiran Masjid harus bisa memberi maslahat secara ekonomi bagi jamaah/warga tertentu,pengumpul sekaligus pembagi,
bukan “penyimpan” sumber daya jamaah.

Banyak contoh manajemen Masjid yang di kelola secara sangat baik bahkan hingga berimplikasi memberi maslahat bagi jamaah yang luar biasa.Cerita tentang Kas Masjid bersaldo Nol,sudah kerap kita tahu.
☆☆☆
Cek soundsystem : hingga saat ini,belum di ketahui apanya yang bermasalah dari perangkat soundsystem itu.semua masih “misteri”.

Frekuensi cek soundsystem di Masjid ini,bikin banyak orang “bingung”.Tak terhitung banyaknya terdengar kata-kata,cek…cek sound,dan seterusnya dari Toa Masjid.Di “Teras Aton”,kawan saya berkomentar,apanya yang mau di “cek”.Soundsystem di Masjid itu rata-rata hanya menggunakan dua perangkat “sederhana” berupa Amplifier dan VCD yang terhubung lewat kabel ke Toa di menara Masjid.Apanya yang bikin susah sehingga frekuensi “tes mic” itu nyaris menyamai soundsystem sekelas konser musik grup band Seventeen???.Ada benar juga kawan ini.

Paling tidak,ada dua logika “cek” di sini : cek kualitas suara dan radius/jangkauan suaranya [asumsinya,bisa menjangkau jamaah Masjid yang terjauh domisilinya].Cukup itu yang di pikirkan bagaimana cara memastikannya.Tentu ada panel kontrolnya.Kalau bukan dengan logika begini,bagaimana anda bisa memastikannya???.Wajar jika di tanggapi bahwa semua ini hanya sekedar “gaya-gayaan” bahkan terlihat ada kesan seolah tekhnisi hebat.Wajar pula jika mulai jadi guyonan sekelas anak-anak yang mendengarnya.hadeh.

Implikasi lain jika frekuensi cek sound terlalu sering di lakukan,akan ada asosiasi dari orang yang sering mendengarnya bahwa minimal ada dua hal yang mungkin bermasalah : soundsystem nya berkualitas buruk atau memang berkualitas baik tetapi operatornya yang bukan ahli tapi bikin diri “ahli”.Kalau soundsystemnya berkualitas buruk maka layaknya di ganti,mumpung cukup saldo kas.Tetapi jika operatornya yang bukan ahli maka di larang bikin tambah-tambah masalah.simpel saja berpikirnya.Apalagi hanya sekedar mengetes padahal memang masih sedang baik-baik saja.Kadang kita menghadapi tipe orang yang suka cari perhatian dan ingin di pandang hebat hingga pada hal-hal yang tidak perlu sekalipun.
☆☆☆
Jadwal Imsakiyah : “waktu imsak sisa lima menit”.Kata-kata ini sering terdengar dari Toa Masjid yang memekakan telinga.Dan itu berulang 3 hingga 4 kali dari waktunya Sahur sekitar pukul 04.00.hingga menjelang waktu Tarhim untuk sholat Subuh.Ini pekerjaan “mubazir” dan terkesan hanya bikin sensasi saja.Alasannya???ini jaman digitalisasi.Sekedar memastikan waktu Imsak itu bukan hal yang luar biasa.Setiap rumah pasti punya handpone Android.Ini bukan jaman radio “4 band” dulu.Belum lagi telah ada jadwal imsakiyah dalam bentuk kopian yang telah di sebar oleh lembaga keagamaan tertentu.Masih belum cukup???saat mendengar tarhim di corong Masjid,anak-anakpun pasti mahfum bahwa telah datang waktunya untuk menyudahi makan-minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa karena telah terkena hukum berpuasa,meskipun waktu imsak itu sendiri hanya di adakan di negara-negara tertentu.Ini bukan lagi jaman “timba woka”,sebutan untuk periode waktu di masa lalu di mana kepastian waktu atas sesuatu,masih menggunakan “perangkat” di jamannya.

Di akun Facebook,saya sempat bercanda bahwa mengingatkan waktu imsak saja di lakukan secara “marathon”,memangnya ada kekhawatiran kalau satu detik saja terlambat bisa berakibat membatalkan puasa???.Rasanya capek juga harus menulis hal-hal sepele begini tapi di lakukan berulang-ulang,untuk sekedar saling mengingatkan bahwa masih banyak hal “besar” yang perlu di pikirkan,misalnya saja,sebab-sebab jamaah Masjid yang terkesan tidak bertambah,atau malah semakin berkurang.

Saya sadar bahwa ketika menulis ini,pasti punya “resiko”,minimal ada yang merasa tersinggung.Tapi memang itulah targetnya,tersinggung dan segera merenung di mana salahnya tulisan ini,untuk segera memberi tahunya pada saya.

Tidak elok,ada “dominasi” bahkan meletakan kapasitas “kepemilikan” pada fasilitas publik-keumatan,bahkan hingga mengganggu “umat-umat” itu sendiri.Tes mic..1..2..3…tes.Wallahua’lam.

#Ramadhan Kareen.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *