oleh

Miris ! Gubernur Sherly Pamer Prestasi UHCnya Bupati/Walikota Sementara RSUD CB Tanggunjawabnya Memprihatinkan.

-HEADLINE-956 Dilihat

 

TERNATE—Sherly Tjoanda, Gubernur Maluku Utara tengah disorot tajam terkait kondisi Rumah Sakit Umum Daerah Chasan Boesoirie atau RSUD CB yang kondisinya memprihatinkan.Padahal RSUD CB adalah rumah sakit umum daerah rujukan utama di Maluku utara seharusnya memiliki fasilitas medis dan SDM yang memadai guna mampu mencover fungsinya sebagai rumah sakit rujukan utama dan mampu mencover pelayanan kesehatan secara prima.

Faktanya, RSUD CB justru turun kelas dari Rumah Sakit tipe B, tipe rumah sakit rujukan utama di Provinsi turun menjadi ke tipe C, klas rumah sakit di kabupaten dan kota.

Baca Juga  Suara Dari Pulau Makian : Orang Makian Bukan Tebu, Gubernur Sherly Jangan Habis Manis Sepah Dibuang

Penurunan dari klas tipe B ke C ini infonya disebabkan fasilitas dan tenaga dokter ahli yang tidak memenuhi syarat.Namun ironisnya, penurunan klas ini menandai menurunya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat padahal pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk menghadirkan RSUD CB yang memadai.

dr.Alwia Assagaf, Direktur RSUD CB yang dikomfirmasi media ini sejak semalam belim memberikan tanggapannya.

Baca Juga  Dari Arena FORNAS VIII NTB: Dua Atlet ISDMI Malut Masuk Final Kategori Pelajar.

Alih-alih, janji politik dan komitmen Gubernur Malut, Sherly Tjoanda menghadirkan fasilitas rumah sakit RSUD CB yang memadai kembali dipertanyakan publik.

”Saat kunjungan Menteri Kesehatan, Gubernur berjanji bakal membenahi RSUD CB tapi kenyataannnya rumah sakit Chasan Bisoirie turun kelas, artinya kualitas fasilitas medis dan SDM RSUD CB hanya setingkat rumah sakit di kabupaten Kota”ujar sumber internal di RSUD CB ini.

Baca Juga  MUI Kota Ternate Telah Gelar Rapat : Rusmin Latara Telah Sampaikan Klarifikasi, Ini Hasilnya.

Faktanya, sebagaimana diungkapkan sumber internal RSUD CB yang minta di of derecordkan namanya, Kondisi rumah sakit umum daerah itu memprihatinkan, fasilitas jauh dari memadai dan tenaga dokter spesialis yang sangat minim.

”peralatan bedah saja ala kadarnya, tua dan tidak memadai lagi untuk tindakan operasi, demikian tenaga dokter spesialis juga sangat minim dan terbatas”beber ia.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *