Kita patut mengapresiasi sikap Rizal yang memilih merendah di hadapan tokoh senior. Ada kejujuran batin yang tercermin: ia tidak ingin berlari sendirian dalam ruang kosong, melainkan menapaki jalan dengan tuntunan nilai yang diwariskan. Dalam konteks inilah, kegelisahan generasi muda seharusnya tidak dipandang sebagai kelemahan, melainkan sebagai energi reflektif untuk terus mencari arah yang benar.
Disetiap fase sejarah, kita membutuhkan kesinambungan kepemimpinan. Tongkat estafet tidak hanya diwariskan melalui jabatan formal, tetapi juga melalui nilai, adab, dan keteladanan. Pertemuan Rizal Marsaoly dengan H. Thaib Armayin menjadi pengingat bahwa tanpa jembatan moral dari generasi tua, generasi muda berisiko kehilangan arah.
Kini, tugas generasi muda adalah merawat warisan nilai itu, menjadikannya pijakan, dan mengubah kegelisahan menjadi keberanian untuk memimpin dengan hati, bukan hanya dengan strategi. Dari kegelisahan lahir kehati-hatian, dari tuntunan lahir kekuatan.
Masa depan ada di tangan mereka yang berani belajar dari sejarah.
Komentar