Saat giliran kesempatan HNW berbicara. Ia menyapa Pak Rektor dengan sapaan unik.
” Yang Terhormat Bapak Presiden Universitas Muhammadiyah ” Ucapnya seolah membalas sapaan Rektor yang menyebutnya sebagai “Syaikh Kabir”, yang membuat hadirin kembali tersenyum.
Ia menyebut ketika pertama kali disampaikan tentang acara tradisi “purna bakti” ini. Ia sempat bertanya apakah ini bid’ah atau tidak?
” Kita harus perjelas statusnya kegiatan ini bidah atau tidak Pak Rektor? ” kelakarnya yang kembali membuat hadirin ketawa.
Begitulah kalau orang ilmuan berkelakar, sangat segar dan brilyan. Gus Dur pernah menyebut salah satu ciri orang orang pintar, umumnya mereka memiliki selera humor yang tinggi.
Ia sempat mengucapkan terimakasih atas inisiatif pimpinan UMJ mengusulkannya sebagai Guru Besar Kehormatan.
” Hampir semua angkatan saya sudah bergelar Profesor”katanya.Namun ” Saya bukan tipe yang mengejar kum-kum sehingga tetap seperti ini”.
Bukti Keterlibatan Hidayat Nurwahid di UMJ.Ia adalah ”
1. Dosen Tetap dan Penguji Disertasi.
Ia menjabat sebagai dosen tetap di program S3 Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana UMJ dan secara rutin menguji disertasi mahasisw
2.Sebagai Pembicara dan Khatib:
Ia sering menjadi pembicara dalam kegiatan kuliah umum dan sempat menjadi khatib Idul Adha 1446 H di UMJ.
3. Narasumber Acara Universitas.
UMJ juga sering mengundang Hidayat Nurwahid sebagai narasumber dalam berbagai acara, seperti kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB).
4. Kehadiran di Acara Pelantikan Rektor:
Ia hadir dalaluam acara pelantikan rektor UMJ periode 2025–2029, Prof. Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy, menunjukkan hubungan baik dan aktif dengan universitas tersebut.
Saya ingin, menutup esai ini dengan menyebut HNW adalah sosok guru sejati. Guru yang dalam arti yang sebenarnya.
“Ia adalah Guru di Kelas, Guru Ummat, Guru Komunitas, Guru Politik dan sekaligus Guru Bangsa yang mecerahkan, progresif dan berkamajuan.”
Komentar