oleh

SANG AKADEMISI DI ARENA POLITIK

-OPINI-267 Dilihat

Ketiga, pernah terfikir oleh pimpinan UMJ untuk menganugerahinya gelar Guru Besar Kehormatan. Tapi UMJ terbentur dengan instruksi PP Muhammadiyah melalui sang nakhoda Prof.Haidar Natsir. Seluruh Institusi PT.Muhammadiyah dilarang untuk memberikan gelar Guru Besar Kehormatan.

Walaupun ada upaya memberikan masukan ke PP Muhammadiyah. HNW layak karena Ia bukan hanya politisi, tapi selama ini memang tetap megajar, dan memang murni akademisi.

—000–

Dalam pandangan saya, jika ada kata yang tepat untuk menggambarkan sosok HNW. Ia dalah “The Man Of Ideas dan The Man Of
Etich””.

Orang yang kaya ilmu atau gagasan banyak, tapi sekaligus etis atau berahlak jarang. Sebaliknya orang yang berahlak banyak tapi sekaligus berilmu tidak banyak.

Baca Juga  KAHMI DAN Konsolidasi Daerah (Catatan Jelang Pertemuan Regional MN -KAHMI Malut, Maluku dan Papua)

HNW adalah sosok yang berilmu. Ia adalah alumni universitas Madinah. Sebelum terjun ke politik Ia bersama Prof, Din Samsudin, Prof Dr.Bahtiar Efendi dan Prof.Malik Fajar adalah pediri dan pengajar Kajian Islam di Program S-2 Magister UMJ.

Namanya di cantumkan dalam deretan para pengkaji Islam terkemuka di Indonesia. Belum lagi kiprahnya menularkan ilmu ke umat melalui mimbar dakwah.

Ia juga adalah sosok yang berintegritas.
Ia adalah pendiri dan pernah memimpin PKS diawal eksisnya partai ini, yang saat itu masih bernama Partai Keadilan (PK).

Baca Juga  Mardiono Ditolak, Siapa Kandidat Ketum PPP 2025-2030?

Selanjutnya memimpin lembaga tertinggi negara (MPR-RI), dan secara berturut-turut menjadi wakil ketua MPR-RI hingga saat ini.

Tak pernah kita mendengar desas-desus atau skandal politik yang melibatkan dirinya. Dan Tak banyak sosok politisi yang menjaga reputasinya “clean and Clear” seperti HNW.

Itulah yang mungkin, menjadi faktor ia tetap bertengger di unsur pimpinan MPR-RI sampai saat ini. Ia tetap bertahan dari Era SBY 10 tahun, lanjut Jokowi 10 tahun, sampai saat ini. Sebuah capaian yang sulit disamai oleh politisi lainnya.

–000–

Sebagai akademisi, Ia konsisten mengajar di tengah-tengah tugasnya sebagai pejabat negara. Berbeda dengan pejabat negara yang lain, lebih pilih fakum di kampus ketika jadi pejabat negara.

Baca Juga  CATATAN USSER : Prof Mahfud MD, Suksesor Ideal Menkopolhukam RI

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap metode mengajar Dosen di akhir semester kemarin oleh Mahasiswa, Ia selalu diberi nilai tertinggi oleh Mahasiswa.

Dalam interaksi di kampus, ia sangat humble, tawadhu dan respek terhadap siapapun.
Tempat meja kerja kami berdekatan di kampus.

Walaupun tidak rutin ke kampus setiap hari karena mengemban tugas negara.Namun Ia tetap penuhi selalu jadwal ngajarnya.

Saat itulah ia singgah sebentar di ruangan Dosen, berinteraksi dengan kami. Ada banyak cerita pengalaman di parlemen dan kunjungan luar negeri.

—000–

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *