oleh

Menatap 2026: Ekonom Mukhtar Adam : Pemerintah Harus Siapkan APBN Ekspansif, Tangguh Hadapi Gejolak Global

-HEADLINE-415 Dilihat

Ternate, 6 Agustus 2025 — Di tengah perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian yang masih membayangi, pemerintah Indonesia menyusun Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 dengan pendekatan ekspansif namun tetap terukur.

Dokumen strategis ini menjadi landasan penyusunan RAPBN 2026 dan akan menjadi sorotan dalam pidato kenegaraan Presiden pada 16 Agustus mendatang.

Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Maluku Utara, Mukhtar A. Adam, dalam analisanya menilai bahwa sikap fiskal Indonesia untuk tahun depan merupakan refleksi dari optimisme realistis, berlandaskan data dan dinamika global terkini. “Kebijakan fiskal 2026 mengusung semangat kemandirian dan ketahanan nasional, seraya menjaga kredibilitas anggaran di tengah guncangan eksternal,” ujarnya.

Baca Juga  SALUT ! Bantai Dewa United, MU di Puncak Klasemen, Hendri Soesilo Tak Mau Jumawa.

Ekonomi Global: Perlambatan, Tarif Tinggi, dan Ketidakpastian

Mukhtar mengungkapkan bahwa Triwulan II tahun 2025 menunjukkan tekanan signifikan pada ekonomi global. IMF dalam laporan World Economic Outlook April 2025 memangkas proyeksi pertumbuhan dunia menjadi 2,8% untuk tahun ini, dengan peringatan potensi dampak tambahan dari perang dagang yang kian memburuk. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra utamanya, termasuk Tiongkok dan negara berkembang seperti Indonesia, memicu fragmentasi rantai pasok dan ketidakpastian investasi.

Baca Juga  Miris ! Gubernur Sherly Pamer Prestasi UHCnya Bupati/Walikota Sementara RSUD CB Tanggunjawabnya Memprihatinkan.

Di tengah perlambatan global, inflasi mulai mereda. Tren ini mendorong bank-bank sentral utama memasuki fase pelonggaran moneter. The Fed, misalnya, mulai menurunkan suku bunga dari level puncaknya, meskipun perlahan. Di sisi lain, Eropa dan Asia termasuk India dan Tiongkok, bergerak lebih cepat dalam menurunkan suku bunga.

Kondisi divergensi ini menyebabkan dolar AS menguat dan mendorong aliran modal keluar dari emerging markets. “Indonesia harus cermat dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan sentimen investor, karena volatilitas keuangan global masih tinggi,” ujar Mukhtar.

Baca Juga  Al-Qasam Kasuba, Anggota DPR RI Komisi VII : Komisi VII Mendukung Penanganan Overtourism Ke Bali

Ekonomi Domestik: Stabilitas Terjaga, Tapi Tantangan Membayang

Di tengah tekanan eksternal, ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,9% pada triwulan I-2025. Inflasi terus menurun, bahkan mencapai 1,87% secara tahunan pada Juni 2025 – salah satu yang terendah di kawasan. Hal ini memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter secara hati-hati.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *