Kolaborasi: sinergi lintas sektor di era digital
Rizal menyoroti digitalisasi sebagai pemicu kebutuhan kolaborasi yang lebih intensif. Ia menegaskan bahwa masalah kompleks memerlukan kerja bersama: “Seseorang tidak dapat bekerja sendiri, kita butuh orang lain untuk dapat bekerjasama,” ujarnya. Untuk pejabat publik dan pemimpin industri, hal ini menegaskan pentingnya membangun ekosistem tri partit yakni pemerintah, perguruan tinggi, dan swasta yang memfasilitasi transfer pengetahuan, riset terapan, dan inkubasi usaha. Bagi akademisi, kolaborasi lintas disiplin dan kemitraan penelitian aplikatif menjadi elemen kunci dalam menjawab tantangan regional.
Karakter: dimensi etis dan keberlanjutan sosial
Rizal menutup 4K dengan penekanan pada karakter beriman, bertaqwa, mandiri, dan berkomitmen yang dipandangnya sebagai fondasi kepemimpinan yang bermartabat.
Tanggapan Publik.
Pandangan Rizal ini oleh Abdurahman mengingatkan kembali perdebatan tentang pendidikan karakter yakni bagaimana mengajarkan nilai-nilai etika tanpa mengorbankan kebebasan akademik dan keberagaman. Bagaimana merancang program karakter yang inklusif, menghormati pluralitas agama dan budaya, serta terukur dalam outcome-nya?
Bagi pengambil kebijakan, integrasi pendidikan karakter perlu dipastikan berjalan sejalan dengan norma hak asasi dan kebijakan kampus yang nondiskriminatif.
Menurut Abdurahman, Visi Rizal memiliki beberapa kekuatan strategis.” ia holistik menggabungkan perencanaan, kapabilitas, jejaring, dan etika yang relevan dengan tuntutan global (kewirausahaan, literasi digital) serta berorientasi pada dampak sosial dan ekonomi lokal”nilai dia
Namun Abdurahman mengingatkan bahwa untuk mentranslasi visi menjadi kebijakan dan praktik akademik, beberapa langkah perlu dipertimbangkan:
Komentar