oleh

Sherly Laos dan Awal Baru Budaya Kerja Birokrasi Maluku Utara

-OPINI-1354 Dilihat

Resistensi pun muncul. Para pejabat struktural yang terbiasa dengan gaya “mendengar arahan” dan mencari “restu” dalam setiap gerak program, kini seperti kehilangan arah. Budaya kerja lama yang permisif terhadap kesalahan karena adanya dukungan atasan, kini digantikan dengan akuntabilitas formal dan tanggung jawab individual. Budaya “siap salah” demi menyenangkan atasan, harus berubah menjadi budaya “siap benar” berdasarkan aturan yang berlaku.

Baca Juga  Setelah Jokowi Terpinggirkan, Siapa Jadi Oposisi Prabowo?

Dalam bukunya, Leadership and Culture, Edgar Schein menyebutkan bahwa kegagalan perubahan dalam organisasi publik seringkali bukan karena strategi yang buruk, melainkan karena budaya kerja lama yang tidak dibongkar secara sistemik. Hal inilah yang tampak di Maluku Utara: perubahan sistem sedang berjalan, tetapi manusianya belum seluruhnya siap bertransformasi.
Kita tidak sedang menyalahkan aparatur. Justru inilah momen untuk memperkuat kapasitas ASN, membangun sistem merit, dan mempercepat digitalisasi birokrasi. Perubahan gaya kepemimpinan harus disertai dengan reformasi struktural dan pelatihan intensif yang membekali ASN dengan kompetensi, bukan hanya loyalitas. Tanpa itu, visi reformasi hanya akan berhenti pada niat baik seorang gubernur, bukan menjadi kesadaran kolektif lembaga.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *