Tony Rosyid : Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Nasib Gibran ada di tangan Prabowo. “Majical conciousnes” anda akan mengatakan: “bergantung Tuhan”. Betul. Tapi Tuhan sudah serahkan kepada Prabowo. Tentu, penyerahannya tidak melalu wahyu. Prabowo bukan nabi. Tapi, penyerahan itu bisa dijelaskan secara ilmiah melalui kaidah-kaidah kausalitas politik.
Prabowo-Gibran satu paket. Berpasangan sebagai capres-cawapres 2024. Menjabat sebagai presiden-dan wakil presiden juga bareng-bareng. Kalau Gibran bukan ancaman, buat apa sibuk urus Gibran. Urusan negara masih banyak. Apalagi, pemerintahan baru berjalan di tahun pertama. Timing ini yang harus dicatat.
Usul pemakzulan Gibran ditanggapi dingin oleh Prabowo. Wacana pemakzulan ini “pasti” mengganggu situasi dan stabilitas politik. Kenapa Prabowo bersikap dingin? Kenapa Prabowo cuek, seolah gak mau tahu? Melalui Wiranto, Prabowo merespon “santai”. Seolah tak terjadi apa-apa.
Gelombang pemakzulan Gibran semakin kencang. Surat tuntutan sudah di meja ketua MPR. Probowo diam. Gerindra juga no commen. Ketua MPR yang juga sekjen Gerindra tak memberi komentar.
Ketika surat tuntutan pemakzulan Gibran sudah ada di meja ketua MPR, yang juga sekjen Gerindra, ino artinya tombol sudah di atas meja. Kapan saja bisa dipencet.
Komentar